MPR Terbuka Luas untuk Learning Society

BANDUNG, SUARALIRA.com - Sesjen MPR Ma'ruf Cahyono MPR memiliki Badan Pengkajian beranggota 45 orang anggota MPR dan 60 orang pakar Lembaga Pengkajian yang terdiri dari berbagai disiplin dan memerlukan pentingnya dukungan bahan diskusi atau literasi dari perpustakaan.
 
Ma'ruf menambahan bahwa MPR juga memiliki rencara membuat MPR menjadi laboratorium terkait ketatanegaraan dan sejarah kebangsaan. 
 
“Hal itu memungkinkan, karena MPR sudah memiliki Badan Pengkajian dan Lembaga Pengkajian yang membutuhkan literasi dari perpustakaan, “ ujar Ma'ruf saat memberikan sambutan pada acara “Gerakan Membaca Buku (Gemaku)” dan sekaligus pengukuhan ketua tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Barat, Netty Heryawan sebagai Bunda Literasi Jawa Barat di gedung Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPUSIPDA) Jabar, Jalan Kawaluyaan, Bandung, Jawa Barat, Jum’at  (02/09/2016) kemarin sore.
 
Perpustakaan MPR kata Ma’ruf kondisinya sudah lebih baik dibanding sebelum reformasi. Sebelum reformasi, dianggap tak penting dan strategis sehingga mengakibatkan perpustakaan MPR seperti kuburan dan sepi pengunjung. “Hal itu tak terlepas MPR sebelumnya tidak bekerja dan focus menangangi tupoksinya, “ ujarnya.
 
Namun saat ini, Ma’ruf menambahkan kondisi perpustakaan MPR sudah modern, mengikuti perkembangan masyarakat dan  pengunjung sudah ramai. Perpustakaan MPR sekarang sudah menjadi tempat pembelajaran masyarakat dan membuka seluas-luasnya masukan dari daerah.  “Hampir tiap hari di pojok ruangan ada diskusi. Artinya minat baca sudah muncul dan belajar tentang kebangsaan. MPR membuka ruang seluas-luasnya untuk learning society atau pembelajaran masyarakat, “ ujarnya
 
Ma'ruf Cahyono menegaskan untuk kalipertama  dilakukan oleh Perpustakaan MPR dengan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jabar. “Setelah (Perpustakaan Jabare-red) ini mungkin dengan perpustakaan Riau, “ ujarnya.
 
Sedangkan Kepala Perpustakaan Nasional RI Muh. Syarif Bando mengaku pihaknya tak pernah berhenti berupaya menciptakan program pembudayaan kegemaran membaca melalui peningkatan kualitas dan kuantitas perpusatakaan. Salah satunya dengan mendukung sepenuhnya kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh daerah di Indonesia melalui dukungan moril dan materil.
 
“Berbagai data memperlihatkan budaya dan tingkat literasi Indonesia berada di urutan amat rendah kalau tidak terendah. Ini persolan penting. Soal minat baca sepintas terlihat tidak mendesak, urusan energy dan pangan. Saya berharap seluruh kita ambil aktif wujudkan kegeramaran membaca, “ ujarnya.
 
Kepala Bagian Perpustakaan MPR Roosiah Yuniarsih dalam keterangan menyebutkaan, perpustakaan MPR terus menjalin kerjasama dengan berbagai perpustakaan, terutama perpustakaan di bawah binaan Perpustakaan Nasional, termasuk Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat mendukung acara ini.
 
"'Kerjasama ini sebagai usaha untuk memperkenalkan Perpustakaan MPR RI sebagai Perpustakaan Wakil Rakyat kepada khalayak. Diharapkan dapat mengangkat keberadaan dan eksistensi perpustakaan wakil rakyat di setiap DPRD Provinsi dan Kabupaten, yang jumlahnya mencapai 34 untuk DPRD provinsi dan 560 untuk DPRD Kabupaten-Kota di Indonesia, “ ujarnya. 
(Bambang/sl)