Kuansing,Suaralira.com- Modernisasi Budaya ketika banyak warisan lokal mulai ditinggalkan generasinya sendiri (Kuansing) justru menghadirkan sebuah pengecualian yang membanggakan. Selasa(15/7/25).
Pacu Jalur tradisi lomba dayung khas Melayu Riau, tidak hanya bertahan, tetapi justru semakin mendunia. Dan di balik kebangkitan baru tradisi ini, satu nama tak bisa dilepaskan dari sejarahnya yaitu Suhardiman Amby, bergelar Datuk Panglimo Dalam.
Kesukaan Suhardiman amby terhadap Pacu Jalur bukan cinta biasa. Ia dijuluki “gila pacu jalur” bukan sebagai hinaan, tetapi sebagai bentuk pengakuan atas totalitasnya dalam merawat dan menghidupkan budaya.
Pada satu momen paling ikonik terjadi di final Pacu Jalur 2024 di Tepian Narosa. Sebuah helikopter paralayang melintas membawa spanduk bergambar Adam Sukarmis seolah menyindir bahwa masa jabatan Suhardiman tinggal menghitung hari. Tapi ia hanya tersenyum, tak terusik. Di bawah tribun, puluhan ribu pasang mata terpukau menyaksikan jalur-jalur gagah berpacu membawa semangat kampung. Dan hasilnya membungkam segala nyinyiran Suhardiman kembali terpilih sebagai Bupati Kuansing untuk periode kedua dengan kemenangan telak.
Di Pangean, ia bahkan sempat bertaruh nyawa. Saat mengikuti kegiatan Pacu Jalur, perahu rombongannya karam di Sungai Kuantan, insiden yang juga menimpa perahu berendo dan kemudian viral di berbagai media nasional. Namun, alih-alih menjadi aib, insiden itu justru menjadi “iklan gratis” bagi tradisi ini. Bahkan setelah nyaris kehilangan nyawa, Suhardiman tetap hadir—tetap mendayung semangat rakyatnya.
Di bawah kepemimpinannya, Pacu Jalur tidak lagi sekadar tradisi lokal, melainkan telah menjelma menjadi fenomena digital global.
Ind/sl)