JAKARTA (suaralira.com) - Di sisi lain, pengamat politik dari UI Prof. Amir Santoso mengatakan, bukankah Nurdin Chalid yang mengundang KPK untuk ikut mengawasi supaya tidak terjadi money politics dalam Munaslub? Berarti, Nurdin ingin membersihkan golkar supaya jadi partai yang benar-benar bersih. Mestinya dia didukung bukannya malah ditolak dan dijadikan musuh bersama.
"Jangan karena Nurdin ingin bersih-bersih di Golkar lalu dijadikan musuh bersama, nggak baik itu. Apa kata dunia jika orang yang punya keinginan baik kok malah disingkirin. Orang jadi curiga, jangan jangan pihak-pihak yang menolak Nurdin jadi Ketua SC adalah orang-orang yang tak ingin Golkar bersih," kata Amir Santoso.
Lebih jauh Ridwan mengatakan, rapat pleno DPP Golkar mendatang tinggal ketok palu untuk mensahkan putusan rapat harian. Ia menilai, putusan rapat harian cukup adil dan bijaksana karena mengakomodir kedua kubu yang bertikai.
Ridwan mengingatkan, kalau putusan yang sudah bagus itu dimentahkan lagi, maka rekonsiliasi yang didengung-dengungkan selama ini hanya pura-pura. “Kubu Bali mau menerima orang dari kubu Ancol, kenapa mereka menolak Nurdin Chalid? Ini namanya mengundang keributan baru. Ingat ya, kami sudah ngalah, mau laksanakan munas, dan sebagainya, tapi kenapa masih mau diinjak-injak lagi,“ ujarnya.
Ridwan mengatakan, pihak-pihak yang menentang putusan rapat harian, perlu dipertanyakan keseriusannya dan ketulusannya untuk lakukan rekonsiliasi. Ia menuturkan, seharusnya semua pihak tidak perlu khawatir terhadap Nurdin, karena seluruh panitia munas akan diawasi secara ketat oleh peserta munas dan media massa.
“Saya curiga, jangan-jangan pihak yang menolak Nurdin itu punya agenda politik terselubung untuk gagalkan munas, padahal munas adalah jalan terbaik untuk mengakhiri konflik di tubuh Golkar,“ tegas Ridwan Bae. (bs/sl)