Kelok 44, Kabupaten Agam Jadi Trek Ekstrim Tour de Singkarak 2016
Tour de Singkarak 2016

Pembalap Keki, Kelok 44 Dinilai Ekstrim

AGAM, SUARALIRA.com - Tour de Singkarak kali ini ambil trek yang ekstrim, yakni Kelok 44 dimana trek paling ekstrem pada Tour de Singkarak 2016 (TdS 2016). Sehingga trek sepanjang 7,8 kilometer itu bikin keki para pembalap. 
 
TdS 2016 menyuguhkan delapan etape sepanjang 1074,4 kilometer. Etape pertama dimulai dari Solok menuju Payakumbuh. Dan etape kedelapan sebagai penutup akan start dari Bukittinggi menuju Padang. 
 
Nah, Kelok 44 menjadi ujian terberat buat para pebalap TdS. Suguhan tikungan-tikungan tajam yang dikombinasi dengan elevasi sebagian tanjakan sampai 25% itu ada di etape keempat yang start dari Kabupaten Padang Panjang sampai ke Kabupaten Agam. 
 
Kelok 44 masuk area Kecamatan Tanjung Pura dengan view Danau Maninjau yang sohor dengan legenda Bujang Sembilan dan menjadi destinasi dunia di tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an, seperti diberitakan detik.com.
 
Buat para pebalap Kelok 44 menjadi trek yang paling dinanti para pebalap spesialis tanjakan. Namun tidak buat sprinter. 
 
Tentunya bukan untuk menikmati view Danau Maninjau, tapi raja-raja tanjakan berharap bisa menjadi juara etape, bahkan bisa mengamankan gap waktu hingga etape kedelapan. 
 
"Kelok forty four? Bukan trek yang asing buat saya. Ini jadi ketiga kalinya saya turun di sini. Dan saya sudah pasang target kalau yellow jersey jadi milik saya hari ini," kata Amir Kolahdouz, pebalap Iran Pishgaman Cycling Team, sebelum etape IV dimulai.
 
Berbeda dengan Kolahdouz, Dylan Newberry yang memperkuat Data #3 Australia dan menjadi juara etape pertama sudah pesimistis bisa tampil bagus. 
 
"Hmmm... Kelok 44 akan jadi trek yang berat buat saya. Soalnya saya bukan spesialis tanjakan," kata Newberry sebelum balapan.
 
Sesumbar Kolahdouz itu dibuktikannya di akhir lomba. Dia menjadi yang terdepan sejak memasuki tanjakan. Bersama-sama dua rekan satu timnya, Reza Hosseini dan Rahim Emami, Kolahdouz sudah breakaway paling depan. Hanya pebalap Terengganu Cycling Team, Dadi Suryadi, yang mampu membuntuti tiga pebalap Iran itu. 
 
Hingga titik finis di Lawang Park yang masih ada si Kabupaten Agam, urutan tak berubah. Kolahdouz menguasai balapan disusul Hosseini dan Emami. Kolahdouz menutup balapan dengan catatan waktu tiga jam 59 menit dan 13 detik. Hosseini dan Emami finis bersamaan dengan jarak 0,14 detik. Sementara Dadi membukukan waktu empat jam 16 detik. 
 
Kolahdouz sekaligus berhasil merebut yellow jersey yang pada etape sebelumnya dikuasai Ricardo Garcia dari Kinan Cycling Team. 
 
Sementara itu, Newberry tak berhasil finis 10 besar. 
 
Setelah sampai di finis dan sembari menunggu penyerahan hadiah, sebagian pebalap asyik berfoto dengan background Danau Maninjau yang tampak utuh dari Puncak Lawang.
 
Nah, kalau buat para pebalap Kelok 44 menjadi ujian berat tapi jadi kesempatan untuk menguasai balapan, buat para wisatawan area tersebut menjadi destinasi favorit di Kabupaten Agam. 
 
"Dulu sekitar tahun 1900-an sampai awal 2000 Danau Maninjau sangat ramai oleh wisatawan asing. Mereka suka mandi-mandi di sana," kata Tanjung, 49 tahun, warga Tanjung Pura. 
 
"Mereka, para wisatawan asing itu suka sekali jalan kaki dari Puncak Lawang ke Danau Maninjau. Mereka datang tanpa mengenal musim. Boleh dibilang semua rumah penduduk bisa jadi homestay," ujar dia. 
 
Tapi dalam perjalanannya Danau Maninjau tak lagi jadi favorit. Itu setelah munculnya karamba di tepi Danau Maninjau. Bau pelet menyengat dan air sudah tak jernih lagi. 
 
Sekarang, menurut keterangan Tanjung, pengunjung Danau Maninjau didominasi pelancong domestik. Beberapa warung bisa dijadikan tempat singgah untuk melihat Danau Maninjau. View makin mengasyikkan saat sunset tiba. (**)