BAPPEBTI Serahkan Sertifikat Pengelolaan Sistem Resi Gudang Baru Untuk Aceh Tengah

Takengon (NAD), Suaralira.com - Pandemi covid yang telah berlangsung sejak pertengahan bulan Maret 2020 yang lalu, juga berdampak terhadap komoditi utama yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat kabupaten Aceh Tengah, yaitu kopi arabika Gayo. Akibat pendemi yang belum juga berakhir ini, harga kopi arabika Gayo yang selama ini terkenal sebagai kopi arabika terbaik dan termahal di dunia, turun drastis secara signifikan. Ini akibat proses ekspor komoditi ini ke Eropa maupun Amerika, terhambat akibat pandemi covid yang melanda seluruh penjuru dunia.
 
Akibatnya ratusan bahkan ribuan ton biji kopi (green bean) menumpuk di gudang koperasi maupun pedagang eksportir kopi. Dampak yang dirasakan oleh petani adalah penurunan harga yang signifikan, dari rata-rata Rp 85.000,- per kilogram untuk kualitas medium, menjadi hanya sekitar Rp 55.000,- per kilogramnya atau mengalami penurunan sekitar 35 persen. Kondisi demikian, membuat para petani yang selama ini menggantungkan hidup mereka dari komoditi ini, mengalami keterpurukan ekonomi.
 
Salah satu upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah untuk membantu para petani adalah melalui skema jual tunda atau sistem resi gudang. Sebenarnya, sistem resi gudang sudah berjalan sekitar 5 tahun di Aceh Tengah dengan pengelola Koperasi Ketiara, namun karena kapasitasnya terbatas, sehingga tidak mampu menampung semua produksi dari petani yang mencapai lebih dari 68 ribu ton per tahunnya.
 
Untuk meningkatkan kapasitas resi gudang yang sudah ada, kemudian pada akhir bulan Mei 2020 yang lalu, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah mengusulkan tambahan kapasitas resi gudang  kepada Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Dengan adanya penambahan kapasitas resi gudang ini, petani dapat menjaminkan hasil kopi mereka dengan sistem jual tunda, sehingga petani tidak dirugikan.
 
Usulan dari Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah ini mendapatkan respon positif dari BAPPEBTI. Hanya dalam tempo kurang lebih satu bulan setengah, sertifikat pengelolaan resi gudang baru untuk kabupaten Aceh Tengah ini telah diterbitkan oleh BAPPEBTI dengan tiga pengelola yaitu PT Meukat Komoditi Gayo, Koperasi Gayo Megah Berseri dan Koperasi Arinagata.
 
Hari ini, Rabu (15/7/2020) Sertifiklat Pengelolaan Resi Gudang bagi ketiga badan usaha tersebut diserahkan oleh Kasubdit Sistem Resi Gudang BAPPEBTI, Yuli Edi Subagio kepada Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, bertempat di ruang kerja bupati.
 
Dalam sambutannya, Shabela menayampaikan rasa terima kasih atas respon cepat oleh pihak BAPPEBTI yang dalam waktu singkat telah menyetujui penambahan kapasitas resi gudang di Aceh Tengah.
 
“Atas nama pemerintah dan masyarakat kabupaten Aceh Tengah, kami menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya atas respon cepat dari BAPPEBTI, kami berharap kerjasama seperti ini terus berlanjut dimasa yang akan datang, karena keberadaan resi gudang sangat membantu para petani di daerah ini” ungkap Shabela, Rabu (15/7/2020) di ruang kerjanya saat menerima rombongan dari BAPPEBTI.
 
Selain itu Shabela berharap agar sistem resi gudang yang ada di kabupaten Aceh Tengah dapat terkoneksi dengan pasar lelang yang berbasis online. Bupati Aceh Tengah ini juga meminta bantuan BAPPEBTI untuk memasukkan kopi arabika Gayo sebagai komoditi yang diperdagangkan di Bursa New York Exchange, sehimgga kopi arabika Gayo punya patokan harga dalam perdagangan dunia. Untuk mendukung perdagangan kopi tersebut, Shabela mengatakan pihaknya juga sedang menyiapkan pelabuhan peti kemas (dry port), sehingga kopi arabika Gayo dapat diekspor langsung dari Aceh Tengah, tidak lagi melalui pelabuhan Belawan seperti yang dilakukan selama ini.
 
Sementara itu kepada tiga pengelola resi gudang yang baru, Shabela meminta agar dapat bekerja optimal dalam mengelola resi gudang ini, sehingga petani dapat terbantu dan taraf hidup mereka terus meningkat.
 
“Berarti saat ini sudah ada 4 pengelola sistem resi gudang di daerah kita, saya minta semua pengelola dapat bekerja optimal membantu petani dalam menjual produk yang mereka hasilkan dengan harga wajar” pungkas Shabela.(dk/hms/sl)