Darah Berserakan, Air Mata yang Mengalir Hari itu Bukti Sejarah Rengat Banjir Darah

Suaralira.com, Rengat (Inhu) -- Peringatan Peristiwa berdarah di luar peri kemanusiaan yang saat itu merupakan hari banjir darah dan air mata Di Kota Rengat hari itu karena saat itu adalah hari pembantaian kurang lebih 2000 orang penduduk Rengat oleh tentara Belanda, pembantaian untuk menguasai dan menjajah kembali terhadap tanah air Indonesia yang sudah merdeka dan berdaulat sejak 17 Agustus 1945 itulah Belanda orang penjajah yang menurut mereka adalah suatu gerakan aksi polisional yang sebenarnya adalah suatu agresi dan teror terhadap negara Republik Indonesia.
 
Untuk mengenang hari itu dan saat itu ada Kamis tanggal 05 Januari 2023 pukul 08.00 Wib bertempat di Monumen bersejarah Jln. Ahmad Yani Kel. Sekip Hulu Kecamatan  Rengat Kabupaten Indragiri Hulu, melaksanakan Upacara Peringatan Hari Rengat Bersejarah yang pada setiap tahunya perlu dilaksanakan agar generasi muda dan masyarakat rengat selalu ingat dan tidak melupakan sejarah tentang keganasan agresi Belanda dalam membunuh ribuan masyarakat kota Rengat pada waktu itu.
 
Selaku inspektur Upacara (irup) Rezita Meylani Yopi, S.E (Bupati Kab. Inhu) pada amanatnya menyampaikan sekelumit sejarah Kota Rengat Berdarah, Belanda menyerang dan terjadinya peristiwa berdarah 5 Januari 1949 karena Rengat sebagai pusat pemerintahan ke Indragiri adalah merupakan pusat strategis pemerintahan republik Indonesia di Indragiri pada waktu itu yang dikepalai oleh seorang Bupati.
 
Saat itu seorang Bupati Tulus sebagai salah seorang korban pembantaian dan pembunuhan kejam Belanda yang biadab dan diluar batas perikemanusiaan Karena Rengat dianggap sebagai pusat kekuatan militer dan perlawanan rakyat di wilayah Riau bagian Selatan. 
 
"Kota Rengat inilah kedudukan kesatuan TNI dan kekuatan rakyat dengan para pemimpinnya yang dianggap pemimpin yang kuat oleh Belanda seperti Marah Halim mantan Gubernur Sumatera Utara, Toha Hanafi, Durmawel Ahmad mantan direktur Bank Indonesia, "paparnya.
 
Rengat merupakan pintu gerbang hubungan perdagangan Wil. Riau bagian Selatan dengan dunia luar merupakan bagian pemasaran hasil produksi seperti pertanian perkebunan hasil hutan pertambangan, Karena itu Rengat perlu mereka kuasai untuk mendapatkan sumber dana bagi agresi Belanda.
 
Petaka hari itu masih kata Bupati Banjir darah dan air mata hari itu udara cerah fajar menyingsing dan langit terang benderang dengan tiba-tiba Belanda menyerang dari udara dan laut Belanda mengerahkan balasan bahkan puluhan pesawat udara menembaki, mengebom dan menerjunkan pasukan payung di Kota Rengat atau di pinggir jalan Kelurahan Sekip Hulu dan Hilir. 
 
Mereka bergerak ke arah Timur menuju Kota dan sungai Indragiri bersamaan dengan mendaratnya kapal perang yang datang dari arah ke Tembilahan, pertempuran tidak seimbang terjadi beberapa orang Belanda mati terbunuh pasukan Belanda dengan teknologi dan perlengkapan perangnya yang serba modern bukan tandingan bagi kekuatan perlawanan rakyat. "Ungkapnya.
 
Belanda tidak membedakan antara mana yang TNI dan perjuangan rakyat dan tak luput dari keganasan Belanda, Penduduk sipil yang tak berdosa dan saat itu juga Belanda mengumpulkan lebih kurang 2000 orang penduduk dari segala lapisan status sosial kemudian di bariskan di pinggir sungai Indragiri yang sekarang menjadi lokasi Tugu Pahlawan.
 
Saat ini pohon beringin di Jalan Ahmad Yani serta di Jalan Bupati tulus terjadi penembakan dan pembantaian massal secara secara biadab di luar batas kemanusiaan, agresi Belanda ternyata tidak tahu malu membunuh menganiaya anak-anak wanita hamil serta penduduk sipil merampok dan merampas harta rakyat, "harunya.
 
"Ternyata kebiadaban serta Kebrutalan Belanda ini tidak hanya terjadi di Rengat saja bahkan terjadi juga di tempat lain di Indragiri hulu, sangat sedih dan sangat memilukan, hari itu peristiwa yang tidak bisa lupakan kenapa tidak Tengat hari itu banjir di kala itu darah dan air mata darah yang telah menjadi saksi, telah membasahi bumi persada Ibu Pertiwi Indragiri telah menjadi kuburan dari korban keganasan Belanda yang tidak berprikemanusiaan, "tutup Rezita. 
 
Hadir dalam kegiatan Upacara tersebut Rezita Meylani Yopi, S.E (Bupati Kab. Inhu), Drs. H. Junaidi Rahmat (Wakil Bupati Kab. Inhu), Elda Suhanur, SH.,MH.(Ketua DPRD Kab. Inhu), Ir. H. Hendrizal, M.Si (Sekda Kab. Inhu), Dolly perwakilan dari Kejari Kab. AKBP Bachtiar Alponso S.Ik., M.Si (Kapolres Inhu), Kapten Inf Ardiyasman (Danramil 01/Rgt mewakili Dandim 0302/Inhu), Kompol Dwi Yatmoko, S.I.K.,M.I.K.(Waka Polres Inhu) Pejabat TNI/Polri dan ASN eselon II, TNI, Polri, Satpol PP, Veteran, ASN dilingkungan Kab. Inhu, Ibu Bhayangkari Polres Inhu, Ibu PKK Kab. Inhu, FKPPI dan Manggala Agni, Mahasiswa, Pramuka dan tamu undangan. 
 
Pelaksanaan upacara bertindak sebagai Irup : Rezita Meylani Yopi, S.E (Bupati Kab. Inhu), Dan Up : Iptu Andra Leksi, 3. Pa Up : Kompol Dodi Zulkarnain Hasibuan, S.E. (PRASETYO/sl)