PEKANBARU (suaralira.com) - Seorang pedagang yang tengah berorasi di hadapan para pedagang dan pengelola mengatakan, perusahaan pengelola adalah perusahaan abal-abal.
"Masak, ukuran kios yang lama itu 4x3 meter. Biaya hanya Rp. 45 ribu per meter. Paling tinggi Rp. 180 ribuan," kata si orator.
"Ini tidak, alah kios 2x2, biaya servis Rp. 270 ribu tambah kebersihan Rp. 180 ribu. Rp. 450 ribu satu pedagang sebulan. Gilo," paparnya kemudian.
Sontak, kata-kata si orator yang disampaikan dengan berapi-api dan logat campuran Minang-Indonesia membuat para pedagang lainnya memanas.
Sejumlah pedagang pun mendukung dengan memberikan sorakan-sorakan kepada si orator tersebut.
Ratusan eks pedagang Pasar Plaza Sukaramai yang mendatangi kantor PT Pengelola Sukaramai disambut oleh Koordinator Keamanan Khaidir di lantai dua bangunan Plaza Sukaramai bagian belakang pada Selasa (20/9/2016).
Khaidir yang diberikan kesempatan berbicara mengatakan, atasannya bernama Lina berhalangan untuk menemui para pedagang.
"Bu Lina sedang sakit. Sekarang di rawat di rumah sakit. Jadi kita sama-sama menunggu saja," ungkap Khaidir.
Ratusan pedagang yang mendengar uraian Khaidir pun mendadak emosi. Secara bergantian mereka meneriakkan pertanyaan yang mengganjal tentang padamnya arus listrik tersebut.
"Masak iya, atasannya tak ada tapi listriknya bisa mati. Lalu, siapa yang tanggungjawab? Ini omong kosong," kata Anton.