NUNUKAN (suaralira.com) - Tiga hari terakhir pasca-libur tahun baru, harga komoditas cabai di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, meroket. Cabai yang biasanya dijual pedagang Rp 60.000 per kilogram melonjak hingga Rp 140.000.
Arman, salah satu pedagang sayur di Pasar Jamaker, mengatakan, harga kemungkinan masih akan naik lagi karena langkanya cabai di beberapa Pasar Nunukan.
”Kami jual Rp 140.000 tapi barangnya enggak ada lagi kami cari. Nunggu lagi pasokan dari Sulawesi,” ujarnya, Rabu (4/1/2017).
Sementara itu, Ase, pedagang cabai di Pasar Sentral Inhutani Nunukan, mengaku, meroketnya harga cabai karena dipengaruhi kerterlambatan pasokan dari Sulawesi pasca-libur tahun baru. Selain itu, musim hujan di wilayah penghasil cabai di Sulawesi dinilai turut menyebabkan keterlambatan tersebut.
Menurut Ase, biasanya harga cabai dari Sulawesi berkisar Rp 40.000-Rp 60.000 per kilo, namun kini harganya melonjak hingga Rp 80.000.
"Hari Jumat nanti ada kapal dari Sulawesi yang masuk,” ujarnya.
Selain mendatangkan cabai dari dari Sulawesi, pedagang di Kabupaten Nunukan juga mendatangkan cabai dari Tawau, Malaysia. Namun harga cabai dari Malaysia saat ini juga juga mengalami kenaikan.
Selain cabai, sejumlah kebutuhan sayur mayur lain seperti kubis, wortel, kentang, dan komoditas sayur lainnya di Kabupaten Nunukan juga didatangkan dari Sulawesi mapun dari Tawau, Malaysia, namun kenaikan harga cukup tinggi hanya terjadi pada komoditas cabai,
“Tadi kami ambilkan cabai dari Tawau sudah naik Rp 130.000. Kami jual Rp 140.000,” ujar Jeni, penjual sayur di Pasar Sentral Inhutani Nunukan. kmp/sl