Oesman Sapta : Pengusaha Kopi Jangan Takut Hadapi MEA

JAKARTA (suaralira.com) - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta meminta pengusaha kopi di Indonesia tak perlu takut menghadapi iklim Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dengan menjadi negara terbesar keempat penghasil kopi di dunia, Indonesia memilki kekayaan alam sangat besar dan produksi sangat bagus, sudah saatnya Indonesia pengusaha kopi bangkit, percaya diri dan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi untuk menembus pasar global.

 

"Sekali lagi jangan mikirin lagi soal Asean Market atau MEA. Kita pangsa pasar sangat besar kok, ngapain kita takut. Yang ada kita harus memikirkan untuk memakmurkan bangsa kita sendiri dulu, tingkatkan produksi dan kualitas untuk kebutuhan pasar dalam dan luar, jika sudah makmur baru kita memikirkan soal Asean Market," kata Oso saat menajdi pembicara dalam Focus Group Discussion bertema "Tantangan dan Peluang Perdagangan Kopi Indonesia ke Depan" dalam rangkaian acara Rapat Umum Anggota ke-IX Asosiasi Eksportir dan Industi Kopi Indonesia (AEKI) 10-11 Maret 2016, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (10/3).

 

Oso mengatakan Indonesia memiliki penduduk sebesar 250 juta jiwa, sementara di Asean negara dengan penduduk paling tinggi 60 juta jiwa. Artinya pasar dalam negeri sesungguhnya memiliki potensi basar yang cukup besar. ''Pikirkan rumah tangga kita dulu, baru Asean, pikirkan bagaimana mengembangkan produk dalam negeri,'' ujarnya seraya menyatakan keprihatinannya sikap beberapa elemen masyarakat yang sangat khawatir berhadapan dengan iklim MEA dan Asean Market.

 

Ditambahkan Oso, pengusaha kopi tidak akan besar jika petani tidak produktif sehingga hutang modal terhadap petani itu wajib dibayar kembali dengan memberikan pembinaan dan perlindungan.
''Kita harus mendukung industri kopu maju, karena akan memberikan nilai tambah pada produk pertanian kita,'' katanya.

 

Terkait hal itu, Oso meminta seluruh provinsi harus menggunakan kopi dari Indonesia. Supaya konsumsi kopi dalam negeri meningkat, yang otomatis akan mendorong peningkatan produksi dan peningkatan harga kopi. Selama ini pengusaha kopi ini selalu berpikir ekspor row material dan tak pernah berpikir semi-finisihing product atau finish produk.

 

''Kalau tidak didukung, harganya anjlok. Asing untung karena membeli row material. Jadi harus dipaksakan paling tidak semi finishing produk. Kita harus mendobrak pasar internasional,'' katanya.

 

Sementara Ketua Umum AEKI Irman Anwar mengatakan saat ini Indonesia kedatangan pesaing baru, apalagi dengan mulai diberlakukannya pasar MEA. Pesaing terberat terutama dalam ekspor adalah kopi dari Vietnam. “Saat ini Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai ekspor terbesar dunia di bawah Brazil, Vietnam dan Kolombia, “ ujarnya. (bs/sl)