PROBOLINGGO - Ratusan elemen masyarakat dari berbagai daerah, berbaur dengan warga asli Suku Tengger Bromo saat mengikuti pagelaran jalan santai bersarung, di Desa Ngadisari Kabupaten Probolinggo. Uniknya jalan sehat ini wajib memakai sarung yang biasa dipakai warga tengger saat acara prosesi keagamaan.
Jalan santai bersarung ini merupakan salah satu bagian dari agenda yang dilaksanakan dalam rangka persiapan upacara Yadnya Kasada di Bromo pekan depan. Dimana ini pra Yadnya Kasada, dengan rute garis start di Bromo rest area dan berakhir di puncak Lava View.
Dengan jarak 5 kilometer, ratusan warga Tengger dan elemen masyarakat semangat mengikuti jalan santai unik yang baru digelar ini.
Ratusan peserta bersemangat mengikuti jalan sehat mengenakan sarung, bahkan tak lupa memakai aksesoris dan bersepatu olah raga, ditambah sambil menikmati bebukitan dan panorama alam Gunung Bromo.
Menurut Tono dan Ninik, peserta jalan sehat bersarung, acara itu sangat lucu sekali dan melestarikan tradisi jelang hari raya Kasada. Meski ribet sekali, kedua peserta mengaku sangat menikmati acara jalan sehat tersebut.
"Baru pertama kali ini digelar di lereng Bromo, jalan sehat bersarung, semoga di gelar setiap tahun, lucu sekali," dilansir detikTravel saat mengikuti jalan santai bersarung, Sabtu (16/07/2016).
"Memakai sarung, senang banget, ini sudah dibuat tradisi. Jalan sehat sengaja di gelar sebelum perayaan hari raya Kasada," kata Ninik, peserta dari warga Tengger.
Sementara dikatakan Anung Widiarto, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Probolinggo, jalan santai bersarung merupakan ikon warga suku Tengger, sarung pemersatu umat beragama.
"Kalau umat Islam untuk sholat, Suku Tengger untuk kehangatan dan keagamaan, makanya kearifan lokal kami angkat menjadi sesuatu yang menarik, dalam rangka Yadnya Kasada," ujarnya di lokasi.
Jalan santai sarung khas Tengger ini akan terus dilestarikan menjadi ikon wisata baru dan diadakan tiap tahun sebelum hari raya Yadnya Kasada digelar. Beda dan sungguh unik.