Dalami Pengakuan Haris Tegas Komisi III DPR

JAKARTA (suaralira.com) - Dibalik tulisan "Cerita Busuk Seorang Bandit" yang pernah diakui terpidana mati Freddy Budiman kepada Koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, atas keterlibatan adanya oknum perwira TNI dan Polri serta pejabat Bea Cukai yang memuluskan bisnis narkobanya telah menggemparkan publik.
 
Pengakuan terpidana mati Freddy Budiman, seperti dilansir indopos, Anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu turut menegaskan, pengakuan Freddy yang diungkapkan oleh Haris Azhar wajib ditelusuri karena berkaitan dengan sindikat narkotika dan melibatkan banyak jaringan, termasuk aparat penegak hukum. 
 
”Harus dikonfirmasi dan menurut saya apa yang disampaikan Freddy Budiman terlepas dari persentase akurasinya, sekecil apa pun penting ditelusuri,” kata Masin ton.
 
Terlebih lagi, kata Masinton, dalam cerita Fred dy kepada Kontras dikatakan bahwa ada fasilitas dari pejabat tinggi bintang dua di daerah digunakan untuk membawa dan menyelundupkan narkotika dari Medan ke Jakarta. 
 
”Bintang dua di daerah, kalau dikatakan oknum militer berarti diduga pangkatnya pangdam. Bisa kebayang bahwa sindikat jaringan narkotik internasional, bukan hanya bekerja di level bawah, tapi masuk mempengaruhi oknum prajurit pangkat tinggi,” ujar politisi PDIP itu.
 
Ia menegaskan, Komisi III akan serius mendalami informasi tersebut dan berencana mengundang Kontras untuk menindaklanjuti. Adapun pemanggilan tersebut direncanakan akan dilaksanakan setelah masa reses DPR berakhir. 
”Kami akan serius dan kami juga akan mengundang Kontras. Kami juga minta aparat penegak hukum menindaklanjuti, sekecil apa pun dia harus ditelusuri, harus diurai,” tutur Masinton.
 
Sedangkan, anggota Komisi III Ruhut Sitompul lebih cenderung tak mempercayai testimoni tersebut. Politisi Demokrat ini secara tegas menyatakan pernyataan Haris Azhar hanya untuk membuat kekacauan di Indonesia. 
 
”Aku bilang dia hanya omong besar, dia hanya mau bikin kekacauan di Republik, ini paling tidak ramai di luar (negeri). Dia sudah dapat titipan. Peristiwa sudah lama, baru nyanyi setelah orang K.O alias koit,” kata dia.
 
Menurut Ruhut, seharusnya Haris bisa membuktikan testimoninya itu. Bahkan, polisi sudah memberi ruang untuk dilakukan pertemuan. ”Dia (Haris) langsung menyerah. Nggak rekam nggak ada macam apalagi nggak ada bukti, katanya orang hukum ingat itu buka pembuktian terbalik kan yang ngomong dia siapa mendalilkan,” selorohnya. 
 
Sementara itu, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar mengaku telah bertemu dengan Haris Azhar sebagai bagian dari pendalaman atas pengakuan Freddy Budiman.
 
Menurutnya apa yang diucapkan Haris serupa dengan apa yang selama ini diberitakan. ”Kita sudah ada pertemuan, (hasilnya) kalau konten tidak ada yang berbeda. Dari yang teman-teman baca, di WhatsApp persis kontennya seperti itu,” ujar Boy di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (31/07). 
 
Boy menuturkan apa yang dijelaskan Haris perihal informasi yang diterimanya dari terpidana mati Freddy Budiman adalah sejak dua tahun lalu yakni sejak 2014.
 
Sehingga, kata dia, perlu dilakukan pengkajian dan pendalaman untuk mendapatkan kebenaran informasi tersebut. ”Perlu pendalaman informasi itu, karena kita tahu ini peristiwa sudah diperoleh (Azhar) dua tahun. Kemudian, kalau kita mau konfirmasi ke Pak Freddy, dia sudah tidak ada,” ujar Boy. (*)