Polisi Tahan 2 Tersangka Vaksin dan Serum Palsu di Riau

PEKANBARU (suaralira.com) - Vaksin dan serum diduga palsu ditemukan polisi bersama Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Riau. Sejauh ini, baru dua tersangka ditangkap terkait serum palsu, yakni S dan P.

"Dua orang tersangka itu, selaku sales penyalur serum palsu ke apotik," ujar Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol. Tonny Hermawan, Rabu (3/8).

Dari tangan kedua tersangka ini, aparat menyita 200 ampul barang bukti. Mereka mengaku hanya sebagai penjual serum palsu yang dibikin oleh orang lain. "Kita mendalami siapa orang yang membuatnya itu," kata Tonny.

Tonny menjelaskan, tersangka S dan P ini, ditangkap setelah polisi menyamar sebagai pembeli serum. Keduanya dibekuk di dua lokasi berbeda pada Minggu (31/7). Ada yang diciduk di Mal SKA dan satu lagi di Jalan Riau.

"Toko yang menjual serum palsu ini kita segel untuk sementara waktu untuk kepentingan penyelidikan," pungkas Tonny.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Riau Indra Ginting menyebutkan, pihaknya menemukan sebanyak dua puluh file vaksin diduga palsu dari salah satu tempat pendistribusian obat di kota Pekanbaru, Riau. Penemuan BBPOM ini berbeda dengan serum palsu yang digerebek Polresta Pekanbaru.

"Ada vaksin yang diduga palsu kita amankan sebanyak 20 file. Saat ini masih akan kita lakukan uji laboratorium," kata Indra.

Bahkan, pada Selasa (2/8), polisi bersama BBPOM sekitar pukul 10.00 WIB memeriksa Klinik Bunda Medika Center. Hasilnya, ditemukan 7 ampul serum anti tetanus diduga palsu yang bersumber dari Apotik Yasmin. Namun belum ada tersangka atas temuan di klinik tersebut.

Pemasok vaksin palsu di Riau itu juga diketahui oleh pihak medis di klinik dan rumah sakit. Namun, Indra keberatan menyebutkan nama rumah sakit pengguna vaksin palsu buat anak-anak itu.

Indra menyebutkan sebanyak dua puluh vaksin diduga palsu itu terdiri dari vaksin Anti Tetanus Serum (ATS) sebanyak 10 ampul, dan vaksin Anti Bisa Ular (ABS) sebanyak 10 File beberapa waktu lalu berbeda dengan Klinik Bunda Medika Center.

"Masing-masing ada 10 file yang kami amankan dan masih kita teliti kandungannya. Secara kasat mata ciri-cirinya patut diduga palsu," beber Indra.

Indra menjelaskan, vaksin diduga palsu ini jika masuk ke dalam tubuh berdampak negatif dan berbahaya. "Berbahaya, namun belum diketahui secara pasti apa efeknya. Karena belum ada contoh kasusnya (korban)," kata Indra.

Meski demikian, Indra memperkirakan efek terbesar dari pemberian vaksin ini terhadap tubuh manusia tidak adanya manfaat dari vaksin itu sendiri terhadap kekebalan tubuh.

"Sebab vaksin palsu tidak berisi komposisi yang seperti dibutuhkan tubuh. Isinya cuma cairan. Tidak ada gunanya. Ruginya selain secara kesehatan, juga rugi secara ekonomi," jelasnya.