Tayang Perdana di Suriah

'Habibie & Ainun' Pancing Air Mata

JAKARTA, SUARALIRA.com -  Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus, Suriah menggelar Pekan Film Indonesia di Homs pada 28-30 September 2016. Dalam acara tersebut, film Habibie & Ainun diputar secara perdana.
 
Mengutip siaran pers KBRI Damaskus, bertempat di Gedung Kebudayaan, pembukaan Pekan Film Indonesia di Homs pada Rabu (28/9) dihadiri oleh sekitar 500 penonton yang penasaran ingin menyaksikan film-film terbaik Indonesia. 
 
Riuh tepuk tangan menggema di teater utama Gedung Kebudayaan Homs saat Duta Besar RI untuk Suriah Djoko Harjanto, Gubernur Homs Talal Barazi, para anggota parlemen Homs, dan para pejabat daerah Homs memasuki ruangan.
 
Acara dimulai dengan mengheningkan cipta dan menyanyikan lagu kebangsaan kedua negara, sebelum akhirnya dilanjutkan dengan sambutan Barazi dan Djoko.
 
“Selamat datang di Homs, ibu kota kebudayaan Suriah. Kami pastikan penyelenggaraan Pekan Film Indonesia di Homs akan lebih meriah dari kota lain, karena kecintaan warga Homs terhadap kebudayaan yang sangat besar,” ujar Barazi menyambut.
 
Menanggapi Barazi, Djoko menuturkan bahwa KBRI telah berkeliling ke kota-kota besar di Suriah demi menyelenggarakan Pekan Film Indonesia dengan pesan perdamaian dan persahabatan pada luka konflik di Suriah.
 
“Semoga melalui acara kebudayaan ini hubungan Indonesia-Suriah pada level masyarakat semakin kuat,” katanya.
 
Film Habibie & Ainun yang diputar perdana pada festival film Indonesia pertama kali di Homs sukses mengguncang Gedung Kebudayaan Homs petang itu. Bahkan ada penonton yang menangis terharu setelah menyaksikan film yang dibintangi Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari itu.
 
“Luar biasa besar kecintaan Presiden Habibie terhadap istrinya itu. Sungguh film yang sangat menyentuh hati,” tutur Naya Kailani, seorang penonton sambil menyeka air matanya.
 
Sementara  Barazi, setelah menonton film hingga tamat mengaku salut dengan gagasan menyatukan 17 ribu pulau di Indonesia menggunakan pesawat. “Di Suriah, kami hanya memiliki satu pulau saja. Saya tidak bisa membayangkan betapa besarnya Indonesia itu.”
 
Pejabat Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Damaskus, AM. Sidqi, menjelaskan bahwa Homs sengaja dipilih sebagai kota tempat penyelenggaraan Pekan Film Indonesia disamping Lattakia dan Damaskus, karena ia kota kebudayaan dengan fasilitas teater yang memadai. Kota itu juga berhasil menerapkan rekonsiliasi untuk mengakhiri konflik. 
 
Pada awal krisis 2012, tutur Sidqi, Homs merupakan kota yang paling hancur di Suriah. Hampir seluruh kawasan Kota Tua Homs hancur lebur karena konflik, seperti Masjid Khalid bin Walid dan pusat kota Homs. Bahkan, Homs sempat dijuluki sebagai ibukota revolusi dan pemberontakan. Baru pada 2014, Homs berhasil dikuasai sepenuhnya oleh Pemerintah Suriah melalui rekonsiliasi. 
 
“Dengan demikian, diplomasi perdamaian dan persahabatan melalui film akan menemukan ‘rumah’-nya di Kota Homs ini,” ujarnya.
 
Sidqi juga mengatakan, puncak Pekan Film Indonesia di Suriah akan digelar pada 5-7 Oktober 2016 di Gedung Opera Damaskus. "Menteri Kebudayaan dan kalangan diplomatik diperkirakan akan hadir di Gedung Kebudayaan termegah di Suriah itu," ucapnya. (cnn/sl)