BUKITTINGGI (suaralira.com) - Long weekend pekan ini dimanfaatkan anggota Bhabinkamtibnas Polres Bukittinggi untuk mensosialisasikan bahaya paham radikalisme di Bukittinggi.
Lokasi yang dipilih kali ini ialah Jam Gadang, yang menjadi landmark Kota Bukittinggi.
Sementara para peserta sosialisasi ialah sekitar 20 kusir bendi yang sehari-hari mangkal di sekitaran jam gadang.
Menggunakan satu unit mobil Binmas, beberapa anggota Bhabinkamtibnas mendatangi jam gadang.
Di sana mereka mengumpulkan para kusir bendi yang tengah menunggu penumpang baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sosialisasi diawali dengan perkenalan dari anggota Bhabinkamtibnas selanjutnya anggota menyampaikan tujuannya untuk mensosialisasikan bahaya radikalisme yang kini kian meresahkan.
"Bapak sekalian, kami kesini mau penyuluhan menyampaikan soal radikalisme yang berbahaya, dan saat ini marak serta berkembang di wilayah kita," terang anggota Bhabinkamtibnas Polres Bukittinggi, Ipda Hamrizal.
Dalam suasana santai, 20 kusir bendi berdiri berbaur bersama anggota Bhabinkamtibnas membentuk sebuah lingkaran.
Selama beberapa menit, Ipda Hamrizal memberikan pengarahan. Dimana Bhabinkamtibnas meminta peran serta para kusir bendi memberitahukan apabila ada warga atau pendatang yang mencurigakan.
"Saya berharap apabila di lingkungan bapak ada ajaran atau paham yang dirasa memecahbelah negara kesatuan Republik Indonesia informasikan ke kami, agar kami bisa antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," ungkap Ipda Hamrizal.
Selanjutnya Ipda Hamrizal juga berpesan apabila Kota Bukittinggiaman dari gerakan radikal, maka jumlah wisatawan dijamin terus meningkat.
"Kita semua berharap Kota Bukittinggi amanjadi semakin banyak pengunjungnya. Bapak semua juga dapat untung, dan jangan lupa berikan pelayanan yang terbaik," tutup Ipda Hamrizal.
Untuk diketahui, wilayah Bukittinggi, Sumatera Barat termasuk wilayah yang rawan dengan jaringan terorisme dan kelompok radikalisme.
Hal ini terbukti dari beberapa warga di Bukittinggi, ada yang berniat ke Suriah untuk gabung ISIS, beruntung aksi mereka bisa digagalkan saat tengah transit di Singapura.
Bahkan ada juga warga Bukittinggi yang hendak ke Poso, bergabung dengan kelompok Santoso, juga berhasil ditangkap oleh Satgas Tinombala.
"Tahun 2007 ada warga Bukittinggi ditangkap di Palembang saat hendak ke Suriah. Saat ini dia sudah kembali lagi tinggal di Bukittinggi.
Jadi memang Bukittinggi ini potensial dan rawan radikalisme," ucap Kapolres Bukittinggi, AKBP Arly Jembar di Polres Bukit Tinggi.
Arly melanjutkan meski mayoritas warga di Bukittinggi adalah umat Muslim tetap saja rawan disusupi oleh gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam.
"Mereka-mereka ini bisa jadi bibit potensial gerakan radikal, makanya kami melakukan kegiatan preventif dengan menyampaikan pesan kamtibnas bahaya radikalisme menggandeng alim ulama, tokoh masyarakat, dan lainnya," tambah Arly.