PROBOLINGGO (suaralira.com) - Di tengah pembangunan yang terus digalakkan pemerintah, ternyata 'masih' ada keluarga yang tinggal di kandang sapi. Mereka adalah pasanga suami isteri Bambang (38) dan Ngati (35), warga Dusun Pojok 1, Desa Pandansari, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo.
Pasutri ini tinggal bersama sapi sejak empat tahun terakhir. Anggara (8), anak keduanya, yang telah putus sekolah di kelas 1 SD setempat karena orang tuanya tak punya biaya, juga tinggal di sana.
Sepasang sapi yang dipelihara Bambang, juga bukan miliknya sendiri. Ia hanya menjual jasa pemeliharaan dengan sistem bagi hasil saat sapi dijual kelak. Dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasutri ini bekerja sebagai buruh tani.
Dari pantaun Suara Lira , kandang sapi berukuran 3x6 meter itu berada di belakang rumah famili Bambang. Atapnya asbes, tapi sudah penuh lubang. Sebuah ranjang sederhana milik keluarga ini, ada di sana. Ranjang itulah yang biasa ditempati bertiga.
Bila hujan mengguyur, kandang itu bocor sana-sini. Kalau itu terjadi malam hari, kelurga ini tak bisa tidur. "Pakai plastik (semacam mantel/jas hujan, Red) biar ndak basah," kata Ngati yang saat ditemui Rabu (7/12/2016) tengah bersama Anggara.
Adapun lemari pakaiannya, berukuran lebar sekitar 50 centimeter dengan tingggi sekitar 1 meter saja. Lemari itu sudah tak berdaun pintu. Semeter dari tempat tidur keluarga ini, sudah merupakan kandang sapi. Tak ada pemisah apapun di sana.
Lampu kandang ini juga telah mati. "Wes kobong suwe (sudah lama erbakar, Red). Ora diganti," terang Ngati. Lagi-lagi, faktor ekonomi menjadi penyebabnya. Walhasil, kekuarga ini hidup gelap-gelapan di malam hari.
Ngati bercerita, semula ia dan suaminya menumpang tinggal di rumah orang secara berpindah-pindah. Kemudian sejak empat tahun terakhir, suaminya membuat 'rumah' dengan atap terpal di sebelah rumah familinya yang juga semi permanen.
Karena termakan waktu, atap terpal rusak. Bambu yang jadi penyangga juga lapuk, hingga tak bisa ditempati. Sejak itu, keluarganya tinggal di kandang sapi yang masih satu lokasi dengan rumah terpal tadi.
"Ndak enak (tiggal di kandang, Red), mambu (bau, Red). Tapi yo ndak onok maneh (tapi ya tidak ada lagi, Red)," ujar Ngati, pasrah.
Kondisi itu, membuat tetangga prihatin. Mereka menyumbang beberapa lembar seng untuk dijadikan atap rumah Bambang. "Kasihan, tidak punya rumah," kata Hermi, warga setempat yang jadi tetangga.
Tapi karena yang bersangkutan tak punya apa-apa, seng tak bisa digunakan. Sampai akhirnya, Bambang memotong sebatang kayu pinus di hutan produksi, desa setempat. Ia bermaksud menjadikan kayu itu sebagai tiang rumah, agar seng bantuan tetangga tidak sia-sia.
Tapi, langkahnya diketahui polisi hutan setempat. Bambang dilaporkan ke Polsek Sumber, dan ditangkap di rumahnya, Jumat (2/12/2016) petang. Kanit Reskrim Polsek Sumber, Aiptu DJ Setio, tak menampik penangkapan.
Upaya penangguhanpun dari Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Saiful Bahri sebagai Sekda LIRA Kab Probolinggo berupaya semaksimal mungkin namun tidak berhasil karna pihak kepolisian tidak mau mengambil resiko,
Dilain tempat Bupati LIRA (LUMBUNG INFORMASI RAKYAT) Sudarsono menyayangkan adanya hal ini,karna ini merupakan buruknya sistem kinerja pemerintah dalam melakukan pendataan dan sensus penduduk berarti selama ini kinerja pemerintah hanya asal asalan dan terkesan hanya formalitas saja, ya ahir nya seperti ini, ungkap nya,
sudarsono juga menambahkan dalam waktu dekat sesuai dengan komitmen sebagai fungsi control di kab probolinggo akan menjalankan tugas demi kesejahteraan masyarakat kabupaten probolinggo.
(wf/sl)