PEKANBARU (suaralira.com) - Langkah antisipasi munculnya potensi kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) di Provinsi Riau pada tahun 2017 ini tampaknya tidak main-main. Pangdam I Bukit Barisan Mayjen Lodewyk Pusung bahkan sudah menyiagakan ribuan prajuritnya.
Mereka dikerahkan untuk 'perang' melawan pelaku pembakaran lahan. Perang di sini dalam artian Operasi Yustisi, mulai dari patroli, penjagaan lokasi yang rawan terbakar hingga pencegahan supaya masyarakat tidak membuka lahan dengan membakar.
"Sekarang yang di sini (Riau) lebih kurang 1.500 personil. Kalau masih kurang, kita kerahkan beberapa Batalyon lagi dari Sumatera Utara (Sumut), itu masih masuk wilayah (pimpinan) saya. Yang dari Sumut saya sudah siapkan 1.200 prajurit," ungkap Mayjen Lodewyk.
Jenderal TNI bintang dua tersebut sudah 'mengendus', bahwa ada kecenderungan orang dari luar Provinsi Riau bakal datang saat-saat musim kemarau. Niatnya untuk membuka lahan, namun caranya salah, yakni dengan membakarnya.
"Kita akan data, itu masyarakat dari luar Riau, saya sudah tahu itu, saya yakin mulai bulan-bulan ini datang lagi mereka, itu mereka punya niat lain ke sini (Riau), membuka lahan cuma salahnya dengan membakar," Ancam Pangdam I Bukit Barisan.
Ia menegaskan kepada seluruh bawahannya, agar semaksimal mungkin mencegah supaya Riau tidak berasap di 2017 ini. "Tangani cepat, saya harap jangan ada pasukan dari luar dikirim ke Riau buat bantu pemadaman, malu kita," sebutnya.
Lodewyk juga meminta prajuritnya untuk ikut dalam satu komando arahan. Sebab upaya antisipasi Karlahut ini melibatkan banyak pihak tak hanya TNI, melainkan Polri, pemerintahan, BPBD dan lain sebagainya.
"Operasi gabungan harus satu komando, supaya setiap bergerak, seberapa kecil pasukan harus tahu. Satuan komando penting agar pelaksanaan tugas benar-benar mencapai hasil maksimal," imbuhnya, Jumat (3/2/2017) siang di Pekanbaru, Riau.