Warga Jepang Ramai-Ramai akan Bangun Bunker, Kenapa?

KOBE, suaralira.com - Tensi di Semenanjung Korea kian hari kian memanas. Kondisi diperparah dengan status Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) yang hingga kini masih memberlakukan gencatan senjata alih-alih kesepakatan damai. Dengan status tersebut, perang bisa saja sewaktu-waktu kembali meletus.
 
Jepang dipastikan terkena imbas dari perang di Semenanjung Korea. Warga Negeri Matahari Terbit pun berbondong-bondong membangun bunker serta membeli pembersih udara untuk menghindari racun kimia serta bahan radioaktif sebagai antisipasi.
 
“Satu tahun lalu, kami mungkin hanya mendapatkan lima panggilan telefon mengenai pembersih udara, tetapi sekarang 30 panggilan setiap hari,” tutur juru bicara perusahaan Oribe Seiki Seisakusho yang berbasis di Kobe, Shota Hayashi, seperti dimuat Telegraph, Selasa (25/4/2017).
 
“Panggilan tersebut datang dari orang-orang yang ingin memasang pembersih udara di rumah mereka alih-alih tempat usaha. Beberapa orang sangat takut melihat apa yang terjadi sekarang ini,” sambung Shota Hayashi.
 
Ia menambahkan, juga terjadi peningkatan jumlah orang yang menanyakan terkait jasa pembuatan bunker bawah tanah. Peningkatan terjadi setelah Perdana Menteri Shinzo Abe mengungkapkan kepada parlemen bahwa Korut memiliki kapasitas meluncurkan rudal yang berisi gas sarin sehingga warga diminta untuk melakukan antisipasi.
 
“Butuh waktu dan uang untuk membangun bunker. Namun, mendengar apa yang terjadi di tengah atmosfer ketegangan ini, orang-orang sudah meminta dibuatkan satu bunker. Mereka meminta kami untuk segera datang dan memberikan estimasi harga pembangunan,” bunyi pernyataan perusahaan Oribe Seiki Seisakusho, sebagaimana dilansir Reuters.
 
Direktur Oribe Seiki Seisakusho, Nobuko Oribe mengatakan, perusahaannya sejauh ini baru menjual sekira 50 pembersih udara buatan Swiss. Satu unit pembersih udara untuk enam orang dihargai 620 ribu yen (setara Rp74,5 juta). Sementara biaya pembangunan bunker diperkirakan mencapai 1,7 juta yen (setara Rp204 juta).
 
(oz/sl)