SEBAGAI daerah berjuluk Pulau 1000 masjid, Lombok memiliki keunikan dalam merayakan Hari Lebaran. Melalui perayaan Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat umat muslim di Lombok merayakan Idul Fitri.
Tradisi ini sudah ada di Lombok sejak ratusan tahun lalu, dan masih dijalankan untuk melestarikan budaya leluhur. Acara ini pun berlangsung selama enam hari dengan ritual adat berbeda-beda.
Dilansir dari berbagai sumber, hari pertama setelah melakukan Salat Idul Fitri, masyarakat akan berbondong-bondong melakukan ziarah ke makam Loang Baloq di Pantai Tanjung Karang. Kemudian dilanjutkan perjalanan ke Makam Bintaro.
Dalam melakukan ziarah, peziarah biasanya membawa makanan seperti ketupat, plencing kangkung, ayam, opor, sayur paku, pakis, urap, dan masih banyak lagi. Kemudian mereka makan bersama di area sekitar makam.
Nah, ketupat ini biasa dibawa penziarah ketika berkunjung ke makam satu dan lainnya sepanjang berjalan di Pantai Tanjung Karang. Tradisi pun tak sampai di situ saja, ada juga tradisi Perang Topat yang berlangsung di Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat.
Tradisi ini dilakukan oleh umat Muslim dan umat Hindu di desa tersebut. Dan, mereka biasanya saling melempar ketupat sebagai bentuk rasa terima kasih ke Tuhan. Dan, menjadi simbol kerukunan antar umat beragama.
Ketupat yang digunakan untuk perang dan juga ziarah ini digunakan sebagai pengingat asal musal manusia. Di mana simbol empat sisi di ketupat bermakna air, tanah, api dan angin.
(oz/sl)