Takengon (NAD), Suaralira.com – Bupati Aceh Tengah, Drs Shabela Abubakar menyebut jika mewabahnya virus corona yang akhir-akhir ini menjadi momok dan teror masyarakat dunia, mudah-mudahan belum berdampak signifiikan terhadap kenaikan harga atau kelangkaan sembilan bahan pokok di pasar kota Takengon.
Hal tersebut disampaikannya pada acara bincang sore dengan Stasiun RRI Takengon disalah satu cafe di sudut kota Takengon usai menerima laporan ketersediaan serta stabilitas harga sembako dari Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah Kabupaten Aceh Tengah, Kamis (19/03).
“Tadi kami menerima laporan bahwa ketersediaan dan harga bahan pokok atau barang penting lainnya masih relatif stabil dan tersedia dalam jumlah yang cukup, meskipun ada bahan pokok yang mengalami kenaikan harga diatas HET yang ditetapkan oleh pemerintah yakni gula pasir, yang sebenarnya sudah lama naik, bahkan sebelum pemerintah menetapkan kasus virus corona sebagai bencana nasional non alam”, kata Shabela.
“Tapi yang paling penting kami mendapatkan informasi bahwa bahan pokok seperti beras, minyak makan, telur, susu dan beberapa jenis bahan pokok lainnya masih cukup tersedia di pasar, dan tidak terlihat adanya masyarakat yang melakukan pembelian dalam jumlah yang tidak wajar atau memborong”, imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut, Shabela juga menyampaikan bahwa, peninjauan harga dan ketersediaan sembako yang dilakukan oleh Tim pada kamis pagi, patut diapresiasi dan mendapat dukungan dari berbagai pihak, karena hasil peninjauan tersebut akan dijadikan sumber informasi untuk mengambil langkah-langkah antisipasi bilamana pembatasan ruang gerak masyarakat atau social distancing diberlakukan lebih ketat.
Lebih lanjut Shabela meminta kepada masyarakat untuk tidak panik, tapi juga harus tetap waspada dalam mengantisipasi penyebaran virus corona ini. Dalam hal kebijakan ekonomi, Shabela mengaku telah menyiapkan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok dan berharap masyarakat dapat bekerjasama untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
“Masyarakat tidak perlu panik, tapi tetap waspada ya? Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok. Tapi dengan catatan masyarakat juga ikut mengawasi jangan ada yang melakukan penimbunan barang, apalagi ikut-ikutan belanja besar-besaran yang menyebabkan kelangkaan barang. Kami sudah siapkan dana (anggaran, red) untuk mengendalikan harga apabila harga naik, dan juga dalam waktu dekat kita akan melakukan operasi pasar”, lanjut Shabela.
Ketika ditanya mengenai dampak mewabahnya virus corona terhadap sektor unggulan penopang ekonomi daerah, Shabela mengakui bahwa dampak dari pandemik virus corona turut mempengaruhi permintaan atas barang-barang tertentu misalnya komoditi kopi yang merupakan komoditi ungulan dari daerah ini.
“Kita juga menerima informasi bahwa ada sedikit kelesuan terhadap harga jual biji kopi, ini diakibatkan karena penurunan permintaan global terhadap beberapa jenis komoditi seperti perhiasan, kendaraan, gadget, serta beberapa jenis komoditi lainnya yang masuk dalam kelompok barang ekonomi tersier termasuk kopi”, sebutnya.
“Kita berharap pada musim panen kopi yang terjadi bulan depan, pandemi covid-19 yang mewabah hampir diseluruh negara ini dopat mereda dan ditemukan penanganannya. Kalaupun misalnya hal tersebut belum terwujud, kami berharap petani kita dapat melakukan tunda jual salah satunya dengan memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG) yang kita miliki”, tambah Shabela.
Terakhir, orang nomor satu di Kabupaten Aceh Tengah tersebut juga menyampaikan maklumat, bahwasanya apa-apa yang disampaikan oleh Pemerintah maupun Ulama, baik berupa instruksi, larangan, himbauan atau bahkan fatwa keagamaan, untuk dapat didengarkan dan dipatuhi, karena itu untuk kebaikan semua. “Apabila ada hal-hal yang luput dari pemantauan kami, kiranya masyarakat dapat melapor kepada kami”, Tutupnya. (dk/hms/sl)