Aiptu Beby Famelia, Sukses Emban Misi Perdamaian PBB di Sudan Afrika

Suaralira.com, PEKANBARU -- Terpilih menjadi salah satu anggota Polri yang mendapat tugas mulia dalam mengemban misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di luar negeri, tentunya menjadi sebuah kebanggaan.
 
Inilah yang pernah dirasakan Aiptu Beby Famelia, seorang Polisi Wanita (Polwan) di jajaran Kepolisian Daerah (Polda) Riau. 
 
Sosok Kartini muda asal Bumi Lancang Kuning ini, pernah dipercaya menjadi bagian tim Individual Police Officer (IPO) dalam misi perdamaian PBB untuk UNAMID (United Nations - African Union Hybrid Operation in Darfur), di Sudan, Benua Afrika.
 
Sebagai seorang Polwan, Beby nyatanya mampu membuktikan dirinya juga bisa ambil bagian dalam melaksanakan tugas yang didominasi oleh Polisi Laki-Laki tersebut.
 
Dikisahkan wanita kelahiran Banjarmasin, 2 Mei 1982 ini, ia bertugas di Sudan terhitung mulai April 2019 hingga Februari 2021. Selama itu, telah banyak pula pengalaman yang ia rengkuh.
 
Awalnya disebutkan Beby, pada tahun 2018, ia mengikuti tes UNSAAT (United Nations Selection Assistance and Assessment Team) di Jakarta. Proses seleksi bahkan dinilai langsung oleh tim perwakilan dari PBB.
 
Ketika itu, ada sekitar 250 orang anggota Polri se-Nusantara yang ikut. Setelah melalui proses seleksi yang begitu ketat, meliputi tes kesehatan serta sejumlah tes kemampuan individu lainnya, sebanyak 81 orang dinyatakan lulus, termasuk Beby salah satunya.
 
Ada 16 orang Polwan yang lulus, dimana 5 diantaranya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dari Riau, ada 2 orang, yakni Beby dan seorang rekan Polwannya.
 
Sebelum berangkat, seluruh anggota Polri yang lulus ini mengikuti pelatihan. Lalu dari 81 orang, mereka dibagi menjadi ke beberapa wilayah penugasan. 
 
Beby bersama 15 anggota Polri lainnya, mendapat tugas ke negara Sudan untuk misi perdamaian UNAMID.
 
"Sesampainya di Darfur, Sudan, kami semua ditugaskan sebagai Patrol Officer yang bertugas untuk bersentuhan langsung dengan masyarakat Sudan, terutama para pengungsi akibat perang saudara di sana," ucap Beby saat berbincang dengan tribunpekanbaru.com, Rabu (20/4/2021).
 
Di sana dibeberkan Beby, ia dan rekan-rekannya bertugas untuk melindungi masyarakat. Memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan keamanan, kesehatan, pendidikan, serta kesetaraan gender.
 
Tak hanya itu, Beby dan tim juga memberikan bantuan materil kepada para pengungsi di sana. Baik itu untuk biaya pengobatan, pembangunan sekolah, sarana belajar anak, pompa air, dan sebagainya.
 
"Selain itu kami juga memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada para Polisi Sudan (Sudanese Police Force) untuk meningkatkan kemampuan mereka sebagai anggota polisi," ucap Beby.
 
"Termasuk memonitor perkembangan kasus yang mereka tangani yang merupakan laporan oleh masyarakat lokal, kami memberikan asistensi kepada mereka untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat," imbuhnya.
 
Menurut Beby, situasi di daerah tempat ia bertugas itu sulit diprediksi. Karena kerap ada tindakan protes masyarakat lokal dan juga gerakan dari para pemberontak.
 
Ia menuturkan, beberapa rekan IPO Indonesia sempat disandera oleh pemberontak di sana. Namun akhirnya mereka mampu menyelamatkan diri.
 
"Alhamdulillah saya sendiri tidak pernah mengalaminya," jelas dia.
 
Pada dasarnya disebutkan Beby, sebagian masyarakat di sana sangat senang dengan kehadiran ia dan kawan-lawan. Dikarenakan, banyak kontribusi positif yang diberikan kepada masyarakat.
 
Lebih jauh diungkapkan Beby, ketika itu ia menjadi Patrol Officer selama 8 bulan. Kemudian Beby mengikuti seleksi lagi untuk mendapatkan jabatan sebagai Internal Investigation Officer. Dalam hal ini dirinya bersaing dengan banyak anggota polisi dari berbagai negara.
 
"Ahamdulillah akhirnya saya yang terpilih menjadi Internal Investigation Officer," terang dia.
 
Lanjut Beby, sejak Januari 2020, ia pun mengemban amanah baru sebagai Internal Investigation Officer. 
 
Adapun kewenangannya, yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap pelanggaran ringan maupun berat yang dilakukan anggota polisi. Baik itu oleh tim IPO maupun FPU (Formed Police Unit) dari berbagai negara lainnya.
 
Berikutnya, Beby juga bertugas melakukan investigasi jika ada kerusakan dan atau kehilangan atas aset-aset PBB yang ada di Sudan.
 
"Saya juga bertugas memberikan masukan kepada para pimpinan misi terkait tindakan indisipliner, dan memberikan pelatihan kepara para IPO dan FPU yan baru, juga membuat laporan yg dikirimkan ke Markas PBB di New York," ujar Polwan yang bertugas di Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau ini.
 
Kemampuan Beby dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan, tak ayal mengundang kagum dari koleganya.
 
Beby berujar, kemampuan yang ia miliki ini, didapatkan berkat pengalamannya bertugas di Direktorat Reserse Kriminal selama lebih dari 20 tahun.
 
Sehingga saat itu, hampir semua kasus di sana terutama yang menjadi atensi khusus, dipercayakan kepada Beby untuk diinvestigasi.
 
"Saya bahkan ditunjuk langsung oleh JSR (Joint Special Representative) UNAMID yang merupakan pimpinan tertinggi UNAMID untuk tergabung dalam Joint Investigation Team yang merupakan tim investigasi khusus. Alhamdulillah saya mampu melaksanakan tugas seperti yang diharapkan dan tentunya membawa nama baik Indonesia," urai Beby.
 
Lalu, Beby juga dipercaya menjabat sebagai OIC Head of Internal Investigation Officer yang mengepalai Unit Investigasi dan membawahi para polisi dari berbagai negara dan beragam pangkat.
 
Berkat kualitas kinerjanya yang dinilai sangat baik, Beby pun 2 kali terpilih sebagai Officer of the Month.
 
Sementara itu, dalam memaknai Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, dimana pada tahun 2022 jatuh pada Kamis esok, Beby menyatakan hendaknya dijadikan momentum kebangkitan perempuan Indonesia dalam hal kesetaraan gender.
 
"Saya tidak memaknai bahwa laki-laki dan perempuan adalah sama, karena hakikinya memang berbeda. Laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan perbedaan baik secara fisik maupun psikologis. Namun dengan perbedaan ini, bukan berarti kesempatan dalam hal pendidikan, pekerjaan dan peran serta politik yang diberikan untuk perempuan dan laki laki boleh dibeda-bedakan," kata wanita lulusan S2 Magister Kenotariatan Universitas Andalan, Padang, Sumatera Barat ini.
 
Ditambahkan anak perempuan dari pasangan Letkol (Purn) Ismed (almarhum) dan Gustiarty ini lagi, sebenarnya isu kesetaraan gender ini merupakan isu dunia.
 
"PBB bahkan membuat gerakan solidaritas untuk kemajuan kesetaraan gender dunia dengan melibatkan peran serta laki-laki yang dikenal dengan gerakan 'He For She'," tutup anggota Polwan yang merupakan ibu dari 2 anak ini.
 
Untuk diketahui, pada Desember 2021, Beby Famelia kembali mengikuti tes wawancara via video conference dengan staf PBB yang ada di New York dan Somalia.
 
Alhasil, bulan Maret 2022 kemarin, ia dinyatakan lulus untuk menjadi IPO di Somalia untuk misi UNSOM (United Nations Assistance Mission in Somalia).
 
Ia akan berangkat ke Somalia pada September 2022 dan diberi kesempatan untuk menjadi peacekeeper di Somalia. (Hms/J Manik/sl)