SUARALIRA.COM,KUANSING- Dinas Kesehatan (Diskes) Kuantan Singingi (Kuansing), Riau menyatakan kasus bayi yang alami stunting tahun 2022 mencapai 10 Persen menurut data e-PPGBM.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kasus Stunting ini merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia, juga ancaman terhadap daya saing bangsa.
ini Terjadi karena anak Stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja melainkan juga terganggu perkembangan otaknya. Yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah.
Pencegahan stunting menjadi penting karena ini semata-mata bukan hanya tugas pemerintah melainkan tugas kita bersama. Semoga dengan adanya bantuan Pemerintah ini para ibu dapat semakin menjaga anak-anaknya sejak dalam kandungan hingga besar nanti agar menjadi generasi yang sehat, cerdas dan berkualitas.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu
1.Perbaikan terhadap pola makan
2.Pola asuh
3.Serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.
Dinas Kesehatan(Diskes) Kuansing terus berupaya menekan angka stunting melalui berbagai kegiatan.
Diantaranya:
1. Melalui kegiatan posyandu di setiap Desa.
2. Pola makan, bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan ,memperbanyak sumber protein sangat di anjurkan apalagi membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.
3. Pola Asuh,terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.
4. Sanitasi dan Akses Air Bersih terhadap pelayanan kesehatan termasuk menghindari risiko ancaman penyakit infeksi.
5. Meningkatkan pelaksanaan Konsultasi ibu hamil,konsultasi harus dengan Dokter ,supaya kalau ada perkembangan yang kurang baik dari kehamilan sehingga menyebabkan Stunting, dokter bisa tahu dan melakukan intervensi medis.
Kemudian Secara umum 5 aksi dari 8 aksi telah dilakukan Integrasi Program Penurunan Stunting.
Ini sebuah proses dan terus dilakukan berbagai kegiatan terkait.
"Data dari Agustus 2022, jumlah balita yang alami stunting sebanyak 10 persen" kata Plt. Kabid Kesmas Diskes Suparhan, Selasa (04/10/2022) di Telukkuantan.
Dinas Kesehatan(Diskes) Kuansing dan Puskesmas terus berupaya menekan angka stunting melalui berbagai kegiatan. Diantaranya melalui kegiatan posyandu di setiap Desa. Kemudian Secara umum kita telah melakukan 4 aksi dari 8 aksi konvergrnsi Percepatan Penurunan Stunting.
Ini sebuah proses dan terus dilakukan berbagai kegiatan terkait.
Melalui 8 Aksi tadi Diskes Kuansing dan puskesmas melakukan pengukuran panjang dan berat badan bayi, memberikan vitamin dan makanan tambahan Ini sebagai upaya untuk menekan angka stunting.
Kepada salah satu Jurnalis, Plt. Kabid Kesmas Diskes Suparhan Mengatakan " Kita sudah melakukan aksi 5 yang sudah kita tuntaskan pada Minggu lalu,yaitu pembinaan kader pembangunan manusia melalui pelatihan Pemberian Makanan Bayi dan Anak dengan peserta kader yang Kita bina yang berasal dari desa lokasi fokus (lokus)2022 dan beberapa calon lokus 2023 penanganan stunting. namun untuk aksi 4 masih dalam proses perencanaan karna terkait pembuatan regulasi"ujarnya.
Tambahnya"Kita juga mengimbau agar ibu hamil rutin melakukan pemeriksaan kehamilan mulai dari usia 0 sampai melahirkan yaitu 1000 HPK (1000 Hari pertama Kehidupan) Jika semua ibu hamil melakukan itu, maka pertumbuhan bayi bisa terpantau dan kasus stunting bisa dicegah sejak awal.
Bukan hanya itu, Remaja Putri juga diberikan Tablet Tambah darah serta Skrining kesehatan yg dilakukan pada calon pengantin. Kegiatan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya stunting dari hulu sehingga melahirkan generasi yg bebas stunting.
Di samping itu program pendampingan bagi Kader-Kader Posyandu nantinya akan mereka dapatkan dengan memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu setempat tentang membuat dan mengolah makanan yang sehat dan bergizi.
Kader Posyandu dan tenaga kesehatan di Puskesmas senantisa mengingatkan masyarakat yang memiliki bayi untuk memberi ASI eksklusif, yaitu bayi usia 0 sampai 6 bulan hanya mendapat ASI saja. Selanjutnya bayi dapat mengonsumsi Makanan Pendamping ASI mulai usia 6 bulan serta meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.
Para kader di Posyandu juga memberi Penyuluhan PMBA(Pemberian Makan Bayi Dan Anak) yang diberikan di Posyandu. Hasil dari penyuluhan ini harus dipraktikkan di rumah supaya Balita mendapatkan asupan makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga daya tahan tubuhnya menjadi lebih baik, dan anak jarang sakit, terhindar dari risiko stunting.
Selain itu Diskes meminta semua stakeholder di Kuansing berperan aktif dalam penanganan kasus stunting. Termasuk, perusahaan yang wilayah operasional di Kuansing.
Timbul pertanyaan dari salah satu awak media,hal apa yang harus dilakukan untuk menangani anak yang terkena Stunting sejak dini?
Menurut Plt. Kabid Kesmas Diskes Suparhan bahwa "Dalam menangani anak yang terkena kasus Stunting sejak dini perlu kita lakukan beberapa Hal antara lain,
a.Penuhi Nutrisi Selama Kehamilan
b.Penuhi Nutrisi Si Kecil dengan Optimal
c.Mempraktikkan Kebersihan yang Benar
d.Mengatasi Anak yang Susah Makan
e.Konsultasi dengan Tim Pelayanan Kesehatan