Salah satu menantu Hudriyah, Budi Wahyu mengatakan, sejak dibawa dari rumah, kondisi mertuanya sudah menggigil dan panas tinggi. Namun setibanya di rumah sakit, bukannya ditangani malah didiamkan selama satu jam, ujar Budi ditemui di kediamnnya, Sabtu (12/03/2016) sebagaimana dikutip pada portal okezone.
Melihat kondisi kesehatan Hudriyah semakin mengkhawatirkan, pihak keluarga meminta dokter untuk langsung menangani. Namum Hudriyah hanya diberi infus dan dicek darah saja.
"Tanpa ada penangan selama satu jam, padahal kondisi sudah semakin parah, tapi hanya dikasih infus, itupun harus sebut nama saudara yang kerja di sana (rumah sakit)," ujar Budi.
Akibat penangan yang lambat, kondisi pasien BPJS ini semakin turun hingga akhirnya koma di ruang IGD Rumah Sakit. Pembuluh darah di kepala Hudriyah diduga pecah.
"Kondisinya sudah tidak sadar, koma. Pemberian oksigen pun lagi-lagi lambat. Itupun tidak langsung ditangani ke ruang ICU, dengan alasan penuh. Ibu saya ditelantarkan di IGD, dan apakah hanya karena pasien BPJS, padahal kondisi ibu saya sudah kritis," jelasnya sambil terisak.
Setelah kondisinya tak sadarkan diri, pada Jumat (11/03/2016) kemarin siang pukul 14.00 WIB, Hudriyah mengembuskan napas terakhir. "Pasti kesal atas pelayanan rumah sakit yang lamban dan tak responsif terhadap kondisi pasien yang kritis dan membutuhkan pertolongan," ujarnya.
Hingga saat ini, pimpinan rumah sakit milik Pemkab Serang ini belum bisa dikonfirmasi terkait kejadian tersebut. Direktur RSUD dr Drajat Prawiranegara, Agus Gusmara pun belum mau memberikan keterangan. (***)