LONDON (suaralira.com) - Setelah menanyakan rakyatnya melalui sistem referendum, akhirnya Inggris secara resmi keluar dari satu kekuatan ekonomi Eropa, Uni Eropa. Referendum itu diadakan Kamis (23/6/2016) waktu setempat.
Hal ini membuat Inggris menjadi negara pertama yang keluar dari Uni Eropa. Keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa diprediksi bakal diikuti sejumlah negara lain. Kantor berita CNN melaporkan Jumat (24/6/2016) bahwa hasil akhir penghitungan referendum Brexit menunjukkan mayoritas rakyat Inggris ingin negaranya keluar dari blok 28 negara itu.
Keluarnya Inggris dari Uni Eropa menjadi momen bersejarah sejak berdirinya Uni Eropa selama 60 tahun terakhir. Inggris bergabung Uni Eropa sejak tahun 1973 silam, bahkan sejak nama Uni Eropa menggunakan nama terdahulu, yakni European Economic Community (EEC).
Dua tahun kemudian, yakni pada tahun 1975, menyerukan digelarnya referendum karena rakyat Inggris merasa terbebani oleh EEC. Hasilnya, sebagain besar rakyat Inggris kala itu menyatakan ingin tetap bergabung EEC.
Setelah 41 tahun kemudian atau pada tahun 2016, Inggris kembali menggelar referendum untuk menentukan nasib negara itu dalam Uni Eropa. Hasilnya cukup mengejutkan banyak pihak. Mayoritas rakyat Inggris ingin negaranya keluar dari Uni Eropa. Padahal sejumlah polling dan survei sebelumnya memprediksi kubu pendukung Inggris tetap bergabung Uni Eropa akan menang.
Hasil penghitungan akhir media Inggris, SkyNews, menunjukkan 51,9 persen atau 17.410.742 pemilih Inggris ingin keluar dari Uni Eropa. Sedangkan 48,1 persen atau 16.141.241 pemilih ingin tetap bergabung Uni Eropa. Jumlah itu didasarkan pada hasil seluruh 382 area pemilihan yang sudah dihitung, sejak pemungutan suara digelar Kamis (23/6). Sebanyak 382 area itu termasuk Inggris, Wales, Skotlandia, Irlandia Utara dan Gibraltar.
-
Home
- Redaksi
- Indeks Berita