PYONGYANG, suaralira.com – Rezim Korea Utara (Korut) dituduh kembali melancarkan aksi penangkapan terhadap warga asing. Kali ini korban penculikan adalah seorang warga Amerika Serikat (AS) keturunan Korea yang hanya diketahui bermarga Kim.
Pria yang diperkirakan berusia 50 tahun itu diculik oleh otoritas Korut saat berada di Bandara Internasional Pyongyang. Kim saat itu hendak meninggalkan Korea Utara setelah berada di negara serba tertutup itu selama satu bulan untuk membahas aktivitas bantuan kemanusiaan.
Diwartakan Yonhap, Minggu (23/4/2017), Kim diketahui merupakan mantan professor di Yanbian University of Science and Technology. Ia selama ini aktif dalam program bantuan kemanusiaan dan bantuan lainnya bagi warga Korut. Belum diketahui dengan jelas alasan penangkapan Kim.
Penangkapan terhadap Kim merupakan insiden ketiga yang menimpa warga AS di Korut. Dua orang lainnya, yakni pelajar bernama Otto Warmbier dan seorang pendeta keturunan Korea Kim Dong-chul. Keduanya masih ditahan di Korut setelah dijatuhi hukuman penjara dalam jangka waktu cukup lama. Keduanya sama-sama dituduh melakukan kegiatan pemberontakan terhadap Korut.
Direktur Pusat Penelitian Korea Utara di Seoul, Ahn Chan-il menduga, penangkapan Kim tersebut akan digunakan untuk negosiasi dengan AS terkait hubungan kedua negara yang sedang memburuk. Badan Intelijen Korea Selatan (Korsel) sendiri tidak mengetahui adanya penangkapan tersebut.
Sejak 2009, lebih dari 10 orang warga AS ditangkap di Korut dengan tuduhan melawan negara dan kejahatan lain yang tidak pernah disebut secara spesifik. Pandangan yang umum berlaku adalah para tawanan itu digunakan Korut sebagai umpan serta daya tawar dalam negosiasi dengan Washington.
(okz/sl)