Menyusuri Lembah Menikmati Keunikan Celah Ngungun di Kampar

KAMPAR (suaralira.com) - Olahraga petualangan alam bebas kini semakin digemari masyarakat. Terlebih kaum muda yang mula-mulanya hanya sekedar menyinggahi tempat-tempat wisata alam semisal pantai, air terjun, sungai, atau danau.

Bergulirnya masa, kegemaran menyambangi tempat-tempat wisata alam pun berkembang. Tahukah seperti apa cara berplesiran saat ini? Tempat-tempat wisata yang mulanya hanya dinikmati dari sekedar melihat-lihat, atau pemotretan, kinipun mulai berubah pula.

Seperti yang dilakukan lima pegiat alam bebas yang menamakan kelompoknya Pekanbaru Canyoning Team. Kelima orang ini, beberapa waktu lalu baru saja menuntaskan penelusuran celah tebing di Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar. Oleh warga desa, celah itu dinamakan Ngungun.

Seorang penelusur Kodrat Agusti (23), menyebutkan penelusuran itu memberi sensasi petualangan tersendiri. Terlebih kegiatan Canyoning, belum dikenal di Riau, bahkan Sumatera.

"Ini sangat baru. Sudah populer di Bali dan Jogja. Olahraga ini sangat menarik, karena kita sebagai penikmat wisata memadukan antara olahraga, alam bebas dan memacu adrelanalin. Ini cocok sekali dikembangkan di Riau," papar Kodrat, Sabtu (13/8/2016).

Celah Ngungun kata Kodrat, cukup mudah disusuri. Karena celah tersebut berada pada kontur yang tidak terlalu tinggi, sehingga tidak ditemukan ketinggian-ketinggian yang menjadi halangan berat bagi para pemula seperti dirinya.

"Suasana gelap namun kadang kala berkas-berkas cahaya matahari masuk melalui celah bebatuan. Selain itu air yang memenuhi celah juga penambah sensasi," jelasnya.

Disebutkannya, melintasi celah Ngungun, kita akan menikmati sajian alam yang istimewa dan unik.

"Banyak keunikan yang kita temukan, seperti flora. Bentuk batuan dinding yang seolah mengapit kita juga memacu adrenalin, karena kita berenang terus," paparnya.

Celah Ngungun lebih mirip semacam koridor dimana air jernih sedalam dua meter mengalir. Berada di dalam Ngungun, kita seoalah terjepit diantara dua dinding batu setinggi rata-rata 17 meter.

Sensasi lain yang dirasakan adalah kesejukan batu-batu, gema suara aliran air, hingga rasa penasaran selalu ingin berlanjut pada koridor berikutnya. Koridornya memiliki panjang hampir dua kilometer.

Untuk menuju celah Ngungun kita tentu harus melewati desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, terlebih dahulu. Dari Kota Pekanbaru, kita akan menghabiskan total 4 jam, melampaui Bangkinang, Batu Besurat, hingga tiba di desa Tanjung.

Dari desa kita dapat menggunakan sepeda motor, melintasi kebun karet warga, kebun durian, perbukitan, menuju celah Ngungun, selama waktu 30 menit.

Kodrat dan keempat rekannya mengatakan ingin mengembangkan olahraga ini menjadi wisata alternatif di Riau. Merujuk pada olahraga yang telah populer di Eropa, pada aktifitas yang sama, kelompok ini mengaku tidak mau menikmati potensi alam dengan cara-cara yang biasa.

"Percayalah, ini akan menjadi tawaran alternatif bagi penikmat wisata alam bebas. Apalagi anak-anak muda," ujar Kodrat pada Tribun.

Canyoning merupakan satu aktifitas penelusuran lembah, sungai, maupun air terjun berkelanjutan menuju hilir. Secara teknik, penelusuran ini meliputi turun melewati ketinggian dengan tali atau dikenal rappeling, merayap, memanjat, melompat, hingga menyelam.

Dari sejarahnya, Canyoning sebuah olahraga petualangan alam bebas yang mulai berkembang pada tahun 1960-an. Awalnya Canyoning hanya digunakan para regu penyelamat tim SAR gunung.

Kemudian ia berkembang sebagai olahraga dan wisata. Olahraga ini mulai dikenal di Perancis, Jerman, dan Italia pertamakalinya.

Secara prinsip, Canyoning adalah kegiatan turunan pendakian gunung. Ia dipilih sebagai alternatif ketika pendaki akan kembali turun gunung, apabila jalur pendakian terdapat halangan atau kendala.