PEKANBARU (suaralira.com) - Terungkapnya kasus prostitusi online yang dijalankan Edo CS oleh Polda Riau, menambah sederet catatan hitam buruknya lingkungan remaja di wilayah Riau, khususnya Kota Pekanbaru. Setelah ditangkap dan dilakukan penyelidikan lebih lanjut, kabar miris didapati pihak penyidik. Salah seorang korban prostitusi online yang dilakoni oleh Edo CS, berinisial G masih berumur 14 tahun.
Hal itu terungkap saat pihak Kepolisian melakukan pengembangan kasus dengan meminta data korban berupa akta kelahiran yang menyatakan si korban lahir pada 2002.
Hal itu disampaikan oleh Dir Reskrimum Polda Riau Kombespol Surawan melalui Kasubdit III AKBP Fibri Karpiananto.
Harga yang ditawarkan kepada pelangganpun beragam. Mulai dari Rp 800 ribu sampai dengan Rp3 juta. Varian harga tersebut tergantung diminta oleh si lelaki hidung belang. Dari pengakuan Edo, kata Fibri lagi, ‘’anak asuh”-nya dalam sebulan hanya melayani 5 pelanggan saja.
Soal dugaan kelainan seksual para mucikari, yakni Edo dan DDS memang nyata dituturkan oleh para pelaku. Kepada penyidik, keduanya mengakui bahwasanya mereka memiliki komunitas gay di Pekanbaru.’’semua pengakuan itu datang dari para tersangka dan sampai saat ini masih kami dalami,” tambahnya.
Selain itu, seperti yang dikutip Riau Pos disalah satu akun sosial media (sosmed) milik DDS, ia kerap memposting foto dirinya bersama wanita dengan pakaian seksi. Bahkan dibeberapa foto tampak seorang wanita memeluknya dari belakang tanpa mengenakan busana lengkap.
Mengkhawatirkan
Sosial media (sosmed) belakangan memang kerap disalahgunakan. Kecerdesan pengguna dalam menggunakan sebuah teknologi sebetulnya dibutuhkan agar tidak terjadi tindakan negatif dalam penggunaannya. Seperti yang diungkapkan oleh pakar kriminolog Dr Syahrul Akmal Latif.
Menurutnya dalam kasus tersebut dibutuhkan proteksi yang ketat dari Pemerintah dalam setiap postingan di Media Sosial. Selain itu, peran keluarga juga menjadi hal yang sangat utama agar si anak tidak terjebak dalam perbuatan yang melenceng.
Dari masalah itu, Riau Pos juga sempat menelusuri beberapa sosial media yang kerap digunakan dalam praktik prostitusi online. Misalnya, aplikasi chating yang Riau Pos gunakan saat mencoba melihat dan memilih pemilik akun lain yang menawarkan jasa esek-esek.
Penggunaannya cukup mudah. Setelah di download, aplikasi tersebut memiliki menu untuk mencari orang di sekitar kita.
Radius jangkauannya pun cukup jauh. Bahkan bisa mencapai 1 Km dari tempat kita berdiri. Biasanya, para wanita yang menawarkan jasa esek membuat status OB yang berarti open booking serta ST yang berarti shortime.
Jika begitu, para hidung belang yang ingin menggunakan jasanya tinggal melakukan chating dengan si perempuan tersebut. Setelah itu barulah menentukan tempat bertemu.
-
Home
- Redaksi
- Indeks Berita