PEKANBARU, suaralira.com - Memasuki tahun baru Masehi 2012, hal pertama yang muncul di benak saya adalah sudah satu dasawarsa Provinsi Riau berhasil mem-Brunei-kan diri melalui perjuangan para Pendekar Riau yang mayoritas berasal dari Kabupaten Siak. Tak boleh dilupakan, di awali dengan perebutan yang sengit antara daerah Riau dengan pusat terkait habisnya masa konsesi PT Caltex Pacifik Indonesia pada tahun 2001 yang melibatkan begitu banyak pendekar sakti mandraguna (Pendekar Pejuang) baik di Siak, Provinsi Riau maupun anak Riau yang berdomisili di Jakarta.
Mulai dari dialog santun di Pusat sampai upaya peledakan sumur oleh yang di daerah. Alhamdulillah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa upaya suci nan mulia tercapai. Pusat memberikan Blok minyak yang namanya CPP Blok langsung tanpa tender kepada Riau diwakili oleh Kabupaten Siak. Satu-satunya pemberian lapangan migas tanpa tender di Indonesia sampai detik ini (maka saya sebut pe-lobby-nya pendekar sakti). Berangkatlah Pendekar sakti kloter dua (Pendekar Penikmat)
ke Jakarta di pimpin oleh Bupati Siak saat itu untuk menyelesaikan tugas peralihan dan pengelolaan secara kertas bersegel, Maka dibentuklah BUMD nya dengan komposisi 60% Kabupaten Siak, 40% Provinsi Riau yang isinya 11 Kabupaten/Kota. Nama BUMD disepakati adalah PT. Bumi Siak Pusako. Nama Pusako diambil dari kesejarahan Kesultanan Siak di mana Pusako adalah suatu wilayah Perkebunan Karet (21,000,000 hektar) dan Pelabuhan Dagang Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Pusako adalah sentra ekonomi Kerajaan Siak era 1890 an juga adalah wilayah yang memiliki tingkat kemakmuran ekonomi jauh di atas Brunei Darussalam, Johor, apalagi Temasek (Singapore). Jadi nama Pusako dipakai dengan harapan kesejahteraan masyarakat Riau akan meningkat melebihi Brunei saat ini. Itu bukan mimpi di siang bolong belaka sebab ladang CPP Blok mempunyai cadangan emas hitam (minyak mentah) yang sangat besar.
Sekilas BOB: Badan Operasi Bersama (BOB) adalah suatu organisasi yang dibentuk dalam rangka kerja sama antara PT Bumi Siak Pusako (BSP) suatu Badan Usaha Milik Daerah yang dimiliki Pemda Kabupaten Siak dan PT. Pertamina (Persero) d/h Pertamina Hulu Energi, suatu Badan Usaha Milik Negara. Kontrak kerja sama diawali dengan Kesepakatan Tim CPP Blok Riau dengan Tim Pertamina tentang pengelolaan Wilayah Kerja CPP, Nomor : 46/TCB/RIAU/XII/2440/D1000/2001-S0 Tertanggal 29 Desember 2001. Kerjasama selanjutnya dituangkan dalam kontrak Joint Management Agreement Nomor: 434/TCB/RIAU/XII/440/D1000/2001-S0, tertanggal 4 Juni 2002 dan Joint Operating Agreement Nomor: 435/TCB/RIAU/XII/440/D1000/2001-S0, tertanggal 4 Juni 2002.
Maksud dan tujuan dibentuknya organisasi tersebut adalah untuk mencari dan mengembangkan sumber daya migas secara efektif dan efisien dengan memberdayakan sumber daya daerah untuk menghasilkan nilai tambah bagi pemegang saham, karyawan, penduduk setempat dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kewenangan pengelolaan BlokCoastal Plaint and Pekanbaru (CPP) oleh PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI) kepada Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2002 melalui BP MIGAS untuk kemudian diserahkan pengelolaannya kepada BOB Pertamina Hulu-PT BSP.Penandatanganan PSC untuk pengelolaan Blok CPP dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2002 dengan masa konsesi 20 tahun.
Seberapa besarkah cadangan minyak mentah CPP Blok? Kita semua tahu CPP Blok adalah lapangan bungsu, lapangan paling akhir diobok-obok oleh Caltex. Tahun 2005 team Presiden RI SBY pernah memetakan sumur minyak marginal di Indonesia. Melalui kerjasama dengan Pangeran Sheik Maktoum maka disewalah satelite engine Perusahaan milik Collin Powell (Amerika) untuk men-scan Sabang-Merauke.
Hasilnya di Pusako terdapat kandungan minyak yang apabila dieksploitasi maksimal sampai dengan seratus tahun takkan habis! Semakin jelas nampak Riau akan melebihi Brunei kan? Maka dimulailah peralihan pengelolaan lapangan Blok
CPP oleh BOB PT. Bumi Siak Pusako (BSP)-PT. Pertamina Hulu Energi.
Saat serah terima lapangan (6 Agustus 2002) produksi berada di angka 42,000 barel oil per day (bopd). Hari
berganti, bulan berjalan, tahun berubah, produksi yang awalnya sehari 42,000 barel menurun terus kata GM BOB. Itu kan kata dia. Yang sebenarnya terjadi bisa saja meningkat terus tapi dia berbohong. BOB ini tugasnya adalah mengangkat minyak dari perut bumi sampai ke tangki penimbunan. Begitu minyak mentah sampai di tangki maka dibagi dua 50:50 antara PT BSP dengan PT. PH. Lantas masing-masing menjual sendiri-sendiri. Hasil menjual itu kemudian dipotong biaya operasi yang BOB keluarkan. Hasil bersih dimasukkan ke Rekening PT BSP di Bank Mandiri. BUMD PT. BSP tercinta ini memiliki kewajiban antara lain: dari hasil bersih tadi 25% pertama diperuntukkan untuk Pendidikan masyarakat Riau, 25% kedua untuk menciptakan bisnis pengganti apabila cadangan minyak habis, 50% ketiga adalah untuk Re-Invest (di putar kembali membiayai operasi BOB). Suatu alokasi yang sangat mulia dan hebat. Sebuah pengabdian yang luar biasa yang dilakukan oleh Pendekar Penikmat yang mengelola PT BSP.
Mari kita hitung berapa hasil PT BSP selama 10 tahun. Kita anggap produksi sama dari awal sampai sekarang yakni 42,000 barel/hari. Kalau sepuluh tahun adalah 3,650 hari. Maka jumlah Lifting Oil selama 10 tahun adalah 42,000 x 3,650 adalah 153,300,000 barel oil. Hasil ini dipotong kesepakatan First Trance Petroleum 20% maka sisanya: 122,640,000 barel oil. Hasil ini dibagi antara BP Migas 74,7899% : BOB 25,2101% sehingga: BP Migas: 91,722,333.36, BOB:
30,917,666.64. Hasil BOB dibagi 50:50 (BSP: Pertamina Hulu) sehingga hasil gross PT. BSP selama 10 tahun adalah 15,458,833,32 barel oil. Dengan harga minyak mentah yang berfluktuasi selama 10 tahun terakhir ini maka kita ambil angka rata-rata yakni US $ 60/barel oil sehingga 15,458,833,32 x 60 adalah: US $ 927,529,999.2 Hasil ini dipotong Operation Cost US $ 6,1/barel oil yang totalnya: 15,458,833,32 x 6,1 US $ adalah US $ 94,298,883.3. Maka nett income PT BSP adalah: US $ 833,231,115.9 asumsi Rp 9,500 per US $ maka Rp.7,915,695,601,050,- (Tujuh Triliun sembilan ratus lima belas milyard enam ratus sembilan puluh lima juta enam ratus satu ribu lima puluh rupiah).
Pertanyaan kita kepada Para Pendekar Penikmat yang mengelola PT. BSP adalah: Apakah kita sudah merasakan uang tersebut melalui naik haji gratis seperti di Brunei misalnya? Berapa yang sudah diserahkan ke dunia pendidikan Riau? Bisnis apa yang sudah PT BSP ciptakan untuk mengantisipasi bila suatu saat minyak habis? Apakah ada Litbang dibentuk untuk meningkatkan pendapatan PT BSP ?
Tengku Meiko Sofyan Gelar Bijak Bestari
Pengamat Migas Riau
(MN)