Makkah - Arab Saudi, Suaralira.com -- Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk menambah ilmu dan pengalaman tentang sejarah Islam di Makkah. Dengan dipimpin langsung Ketua Kloter H.Syarif Husin beserta TPIHI H.Sarifuddin Daulay, dan H.Amir B Siregar serta TKIHI, tepat jam 7.30 WAS berhasil mencapai Gua Hira di Bukit Cahaya (Jabal Nur) pada hari Sabtu 24 Agustus 2019.
Demikian dikatakan Ketua TPHD Sergai Ir H Soekirman yang disampaikan kepada Kadis Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Drs H Akmal, M.Si melalui WhatsApp saat berada di Gua Hira langsung dari Makkah, Arab Saudi.
Diceritakan Soekirman bahwa setiap Muslim sejak kanak-kanak sudah diajari guru agama bahwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah "Iqrak" dan seterusnya yang disampaikan melalui Malaikat Jibril bertempat di puncak Jabal Nur, dimana gua Hira berada.
Dikisahkan dalam sejarah bahwa Rasulullah SAW, gemetar seluruh tubuhnya ketika dipeluk dengan keras oleh malaikat Jibril dan disuruh; baca! baca ! ... demikian dikisahkan oleh guru agama kepada murid-murid yang beragama Islam, kata Soekirman.
Lebih lanjut dikisahkan oleh Soekirman bahwa kejadian sakral di Gua Hira sekitar 14 abad silam itu yang kini titiknya dikunjungi oleh tim Mes VII diwakili pimpinan tim.
"Kunjungan bersejarah ini sangat disyukuri mengingat tidak semua jemaah berkesempatan untuk mendaki ke puncak baik karena alasan fisik maupun beratnya medan," ujarnya.
Gua Hira di Jabal Nur diperkirakan berjarak 5 km dari kota Makkah dengan ketinggian 700 m dpl. Dari atas akan kelihatan sebagian besar kota Makkah dan Masjidil Haram seperti ikon tower jam raksasa.
Disini para peziarah didominasi bangsa India, Pakistan, Bangladesh dan Afganistan. Jemaah Indonesia hanya beberapa yang tampak di atas bukit ini ada yang melaksanakan sholat sunat ataupun duduk diantara bebatuan sambil membaca Al-Quran, jelas Soekirman.
Ditambahkannya, dan meskipun tempat ini bersejarah dan sakral yang bagi sebahagian jemaah adalah impian untuk dikunjungi. Akan tetapi, Pemerintah Arab Saudi tidak merawat tempat ini sehingga terkesan kumuh dan banyak sampah plastik.
Untuk mencapai tempat tersebut dari mulai naik dan turun ke Gua Hira diperlukan waktu sekitar 2,5 jam. Jalan terjal dan berbatu serta ramainya peziarah memerlukan kehati-hatian, terangnya.
Timbang Bagasi
Sedangkan pada H-4 sebelum kembali ke tanah air, dengan dikoordinir Karom I H.Jairan S.Sos.I dilakukan penimbangan bagasi. Dengan cara mengunjungi setiap kamar di maktab 117 Rehab al Mahabba hotel setiap koper milik jemaah di timbang.
Setelah dicatat berat bagasi lantas diberi tahukan kepada pemilik bahwa batas berat per koper warna oranye 32 kg. Dengan demikian diharapkan jemaah terhindar dari "over weight" bagasi yang beresiko dibongkar maskapai penerbangan dan kelebihan barang akan di tinggal di embarkasi King Abdul Azis Jeddah.
Oleh karenanya, setiap pertemuan selalu diingatkan kepada jemaah bahwa barang bawaan hanya diwadahi di kopor besar berat 32 kg dan koper sedang masuk ke kabin 7 kg, serta tas paspor yg tergantung di leher.
"Dilarang memasukkan air zamzam kedalam bagasi, karena akan dibawa tersendiri oleh maskapai dan setiap jemaah akan mendapat 5 liter diterima di asrama haji di Medan," Demikian kegiatan menjelang kembali ketanah air.
Saat ini jemaah masih ada yang memanfaatkan waktu untuk umroh sunat, maupun tawaf sunat di Masjidil Haram, mengisi hari yang ada untuk selalu dimanfaatkan sebanyaik-banyaknya beribadah.
Kegiatan akhir dari rangkaian haji adalah tawaf wa'dah (perpisahan) dengan Kabah yang direncanakan Insya Allah hari Senin dan selasa, lusa. Demikian dilaporkan Ketua TPHD Sergai H.Ir.Soekirman. (DS/sl)