Sergai (Sumut), Suaralira.com -- Apa yang menarik mengunjungi Zanzibar, Afrika? Satu hal yg impressive, menjelang landing announcement Pramugari Pesawat Qatar Airways" para penumpang sekalian, Pemerintah Zanzibar melarang adanya sampah plastik, barang siapa yang membuang sampah plastik sembarangan dan tertangkap akan didenda sangat mahal.
Ini tentu menjadi tanda tanya besar bagaimana hal tersebut bisa dilakukan.?
Demikian Bupati Serdang Bedagai (Sergai) Ir H Soekirman menyampaikan kepada Kadis Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Drs H Akmal M Si melalui WhatsApp langsung dari Zanzibar, Tanzania Afrika, Jumat (20/9/2019) malam.
Dikatakan Akmal, Bupati Soekirman yang didaulat sebagai pembicara dari Indonesia dengan tajuk "How to strengthen potential of religious Actors in Promoting Peace", mengaku sangat terkesan dengan aturan yang diberlakukan, ketika baru tiba di negara tersebut.
"Lepas Bandara Zanzibar, saya perhatikan sekitar bandara rasanya biasa saja. Tapi ketika saya kunjungi publik market atau pasar rakyat memang terlihat tidak ada sampah plastik, walau kantong pembungkus sekalipun," katanya.
Bupati Soekirman yang didampingi Ketua TP PKK Ny Hj Marliah Soekirman menyampaikan bahwa semua kedai dan toko hanya menyediakan kantong kertas (paper bag) untuk para pembeli.
Kelihatannya sederhana, ternyata dampaknya luar biasa. Dimana-mana publik area seperti pasar, terminal, sekolah, pantai, hotel tidak terlihat sampah plastik, kantong plastik, meskipun dibeberapa tempat pinggir kota masih terlihat ada botol plastik tercecer di tepi jalan.
Pada umumnya toko-toko sudah tidak menyediakan kantong plastik. Hanya paper bag dengan alasan bisa hancur (disposable) sehingga mengurangi beban lingkungan.
"Para peserta konferensi saja diberi botol seperti termos, isi air di ruang hotel ada dispenser, tak perlu beli air kemasan," ucapnya dengan kagum.
Bupati mengisahkan, meskipun "ban plastic waste" sudah dilindungi UU yang merupakan inisiatif Pemerintah Pusat dan DPR Tanzania, namun pada awalnya sekitar 5 tahun lalu dimulai dari para pecinta lingkungan, atau komunitas lingkungan di Zanzibar.
Gerakan yang penuh kesadaran ini kemudian menjadi gerakan bersama elemen masyarakat dan organisasi keagamaan.
Zanzibar yang penduduknya sekitar 1,5 juta adalah semi otonomi dan 95% agama Islam. Namun toleransi dan inter relasi antar agama yang tertinggi di dunia.
Negara bekas Kesultanan Oman pada abad ke-18, kini di bawah Republik Tanzania memberi ruang warga bebas memeluk agama dan antar agama saling tolong menolong dalam menjawab permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
"Itu sebabnya organisasi gereja United Evangelical Mission (UEM) di Jerman menyelenggarakan Conference International Interreligious Action for Peace and Inclusive Communities 19-23 September 2019," ujarnya.
Dalam acara yang bertajuk "How to strengthen potential of religious Actors in Promoting Peace", diikuti oleh 10 negara Al Tanzania, Zanzibar, Indonesia, Germany, Kenya, Cameroon, Rwanda, Congo, Philippines, Sri Lanka, dan Namibia.
Konfrensi international dibuka oleh 2nd Vice President of Zanzibar Amb Seif A Iddy di Zanzibar Beach Resort Hotel.
Bupati berharap, Indonesia khususnya Kabupaten Sergai dapat meniru apa yang sudah dilakukan oleh Zanzibar.
Hal ini mengingat Indonesia sedang darurat sampah plastik, oleh karenanya kita harus memulainya dari sekarang, demikian disampaikan Bupati Soekirman (DS/sl)