Tebingtinggi (Sumut), SuaraLira.com -- Pemerintah Kota (Pemko) Tebingtinggi melalui Dinas Kominfo, Gelar pelatihan Jurnalistik bagi Wartawan unit Pemko yang dibuka langsung oleh Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM selasa (8/12/2020) bertempat di Gedung Balai Kartini Jalan Gunung Lauser, Kota Tebingtinggi.
Walikota menyampaikan, Berita yang di tulis Wartawan harus bisa dipertanggung jawabkan dan berita itu jangan hoax seperti saat ini banyak muncul di media sosial.
"Mengapa harus kompetensi wartawan, karena wartawan harus bisa menggali tulisannya dengan baik sesuai dengan narasumber dan tulisannya bisa dipertanggung jawabkan, karena bukan penyajian berita yang mengandung unsur kebohongan," ucap Walikota.
Menurut Walikota, saat ini banyak penyajian berita yang mengandung unsur hoax, terutama di Media Sosial (Medsos), karena berita yang ditampilkan hanya pendek, dalam pemberitaan itu, belum tentu ada kebenarannya, tetapi masyarakat sebagai pembaca masih banyak terprovokasi dengan berita hoax tersebut, sehingga bisa memancing kesatuan NKRI.
"Selain Medsos, ada juga media cetak, media eletronik dan media online, jadi biasanya berita yang disajikan itu tidak hoax. Tetapi, untuk Medsos, berita yang beredar banyak berita bohong, berbeda denga media cetak, elektronik dan online yang penyajian beritanya lengkap sehingga para pembaca paham betul dengan isi berita yang di bacanya," Ujar Walikota.
Walikota juga meminta bahwa ada yang kita tulis benar, tetapi jika ada unsur perpecahan didalamnya, jangan tulis, karena bisa menyebakan perpepecahan dikalangan anak bangsa sepert berita yang menyajikan unsur Sara.
"Jangan katakan sejujurnya, tapi katakan yang sebaiknya. Benar belum tentu itu baik, karena bisa memecah perpecahan antar suku, jangan dijadikan polemik. Konsep pers harus menjujung nilai tinggi pada nilai kebangsaan, bukan kepentingan person dan mencari popularitas," papar Walikota.
Terangnya kembali, kita harus bisa mempertanggung jawabkan atas tulisan itu, tentunya dalam berkomunikasi, karena tulisan wartawan merupakan mata pena yang lebih tajam dari pada pedang, bisa melukai orang, tulisan wartawan juga harus bisa menggunakan bahasa benar, karena yang membaca tulisan adalah masyarakat dan jangan menggunakan tulisan menggunakan bahasa lokal sehingga tidak dimengerti oleh pembaca.
Terakhir diungkapkan, bahwa saat ini media cetak surat kabar mengalami masa sulit, dikarenakan saat era digitalisasi, para pembaca mulai pindah ke media eletronik dan online, di Sumatera Utara sebelumnya pembaca surat kabar mencapai 24 ribu, saat ini mengalami penurunan hingga mencapai 12 ribu pembaca saja, ditambah biaya cetak mengalami kenaikan di masa pandemi Covid-19, dikarekan harga kertas yang cukup mahal karena barangnya masih di datangkan dari luar negeri. "Ungkap Walikota.
Hadir sebagai narasumber, Kadis Kominfo Tebingtinggi Dedi P Siagian, Pengurus PWI Sumut Muhammad Syahrir, Dekan Fisipol UMSU Medan, DR Arifin Saleh Siregar. (Gabe/sl)