Suaralira.com, ACEH TAMIANG (NAD) -- Persoalan kebangsaan pada hakekatnya adalah hal yang erat kaitannya dengan hasrat yang sangat kuat untuk kebersamaan dalam mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi.
Wawasan kebangsaan tidak dilandasi atas asal-usul kedaerahan, suku, keturunan, status sosial, agama dan keyakinan. Maka wawasan kebangsaan itu sangat mutlak untuk dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Wawasan kebangsaan tidak timbul dengan sendirinya, tetapi muncul secara bertahap pada diri seseorang, yaitu dengan seringnya menegakan wawasan yang diketahuinya dan kemudian bisa di aplikasikan kepada kehidupannya sehari-hari.
Dewasa ini, di Indonesia wawasan kebangsaan sudah mulai tergeser oleh berbagai budaya asing yang masuk, dan tokoh negaranya cenderung tidak peduli terhadap wawasan kebangsaan tersebut, apalagi pada kalangan generasi muda saat ini. Mereka tidak bangga atas negaranya sendiri namun lebih bangga terhadap negara lain yang menurut pandangan mereka lebih baik dan tentunya lebih modern. Contoh fenomena ini bisa kita lihat dengan masuknya trend gaya hidup ala korea.
Bagaimana Korea dapat mudah diterima remaja Indonesia K-Pop (Korean Pop) sebagai modal utama penyebaran trend gaya hidup korea di dunia dapat dengan mudah diterima publik tidak hanya dari kalangan remaja, melainkan publik secara luas karena memiliki keunikan dan daya tarik yang tersendiri meliputi pengaturan musik yang bisa dianggap matang, penggarapan liriknya yang menarik, kecenderungan untuk menonjolkan sisi personal yang nyentrik, laki-laki gaya feminim, wanita berpakaian seksi, kostum yang mencolok, dan juga koreografi yang atraktif maka menimbulkan kecenderungan gaya hidup bebas.
Fenomena tersebut membuat trend gaya hidup ala korea dapat dengan mudah tumbuh dan mempengaruhi masyarakat penikmat dari produk-produk yang mengusung kombinasi dari kebudayaan Korea Selatan dan budaya populer lainnya. Merambahnya korean wave atau virus korea kian hari kian menjamur terutama di kalangan remaja. Terakhir kehadiran Girlband korea Red Velvet di Trans City BSD,Tangerang Selatan. Hampir semua kalangan remaja kini telah terbius oleh korean wave, hiburan ala korea seperti drakor, lagu girlband/boyband, bahkan busana dan aksesoris ala korea kini sangatlah di gandrungi oleh para remaja. Jika di amati lebih dalam lagi hadirnya korean wave lebih memberikan dampak negatif dari pada dampak positifnya, sehingga budaya korea sangatlah bertolak belakang dengan budaya ketimuran khususnya di Indonesia dan hal ini dapat merusak citra budaya timur yang terkesan sopan.
Apalagi jika di lihat dari kacamata Islam jelas sangat bertentangan. Korean style yang cenderung menyenangkan dengan tipe kehidupan borjuis yang memicu pola hidup hedonis materialis bagi generasi. Busana yang terkesan terbuka dan interaksi laki laki dan perempuan yang cenderung bebas.
Bahkan yang lebih berbahaya korean wave telah mengubah mindset para generasi. Dimana hal ini dapat menyebabkan rusak nya akidah generasi karena mereka cenderung tasyabuh (meniru-niru) budaya korea dalam semua segi kehidupan nya, bahkan selain busana dan aksesoris lebih dari itu gaya hidup, makanan, minuman, tingkah laku, kepribadian yang mencontoh para idola, semua telah menjadi kiblat bagi para remaja.
Hal ini yang menyebabkan terkikisnya akhlak generasi dan tentu saja jauh dari nilai nilai keislaman. Atas nama globalisasi dan modernisasi generasi di seret pada kehidupan yang cenderung liberal (bebas), menjadikan generasi kita menjadi generasi pembebek, generasi yang lemah secara pemikiran, kepribadian yang mudah di rusak dan kehilangan idealisme. Itulah kerusakan yang di timbulkan, generasi yang seharusnya menjadi agen of change justru menjadi korban budaya kufur.
Agamalah yang seharus nya menjadi standar baik dan buruk, Islam yang membawa seperangkat aturan untuk semua sisi kehidupan manusia termasuk bagaimana sistem Islam melindungi terjaga nya generasi. Dimana dalam sistem Islam generasi di didik dan di bina dengan akidah dan tsaqofah Islam yang lurus, disibukkan dengan ketaatan sehingga jauh dari kehidupan hedonistik, negara juga berperan untuk menutup semua konten media yang berisi budaya yang bertentangan dengan Islam, keluarga dalam Islam berfungsi sebagai madrasah pertama dan utama bagi putra-putri nya, sehingga para generasi senantiasa menjadikan pola pikir dan pola sikap nya sesuai dengan islam. Semua kemaslahatan itu hanya akan terwujud jika sistem islam di terapkan dalam semua sisi kehidupan.
Seiring berjalannya waktu, dampak globalisasi juga terasa di berbagai aspek kehidupan, salah satunya bidang hiburan. Masyarakat terutama remaja saat ini mudah sekali untuk mengakses dan menikmati budaya luar yang populer.
Dengan adanya globalisasi, produk budaya populer dari negara lain dapat menembus batas-batas geografis sehingga cakupannya menjadi sangat besar. Audiensnya tidak lagi dalam batas nasional, namun bisa menjangkau skala internasional. Korean Wave atau Hallyu pun juga berada dalam posisi yang diuntungkan dengan adanya globalisasi, karena industri hiburan di Korea Selatan ternyata bisa dengan mudah masuk dan kemudian dikonsumsi dengan masif di negara-negara lain, salah satunya adalah negara Indonesia.
Apabila hal ini terus terjadi, maka lambat laun wawasan kebangsaan mereka akan terkikis dan wawasan kebangsaan itu akan menghilang dari diri mereka. Jadi, dengan keadaan tersebut, kita sebagai generasi muda sudah seharusnya untuk menjaga dan menegakan wawasan kebangsaan kita dan senantiasa untuk bangga atas tanah air kita, yaitu Indonesia.
Dalam selaman wawasan kebangsaan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI merupakan satu kesatuan utuh. Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya di era sekarang. UUD 1945 sebagai fundamental konstitusi yang kini sudah dilakukan beberapa kali amandemen, tidak serta merta cukup untuk menerapkannya yang kadang banyak mengalami kendala terutama bagi setiap warganegera yang tidak memahami konstitusi, cita-cita dan arah bangsa ini kemana.
Pentingnya pemahaman wawasan kebangsaan sudah menjadi keniscayaan bagi setiap warga negara Indonesia, agar dapat berpadu dalam irama yang sama mewujudkan Pancasila sebagai tujuan dan cita-cita bangsa ini. Sebagai falsafah sekaligus cita cita bangsa dan negara kesatuan republik Indonesia, tentu dalam pola pendidikan, diskusi seminar dalam thema wawasan kebangsaan adalah merupakan solusi dalam memupuk, mengarahkan dan memberi pemahaman setiap warga negara dalam cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang didasari oleh falsafah cita-cita dan tujuan nasional. Kita akui bahwa pemahaman wawasan kebangsaan dalam diri masyarakat masih kurang oleh karena itu perlu adanya pemberian pemahaman akan wawasan kebangsaan sejak usia dini.
Maka dari itu stakeholder yang berwenang untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut antara lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar menyusun program dalam menyeleksi dan menyaring nilai-nilai budaya asing dan memelihara serta mengembangkan kebudayaan nasional dari sejak pendidikan usia dini. Untuk Kementerian Komunikasi dan Informatika agar lebih kritis dan teliti dalam menyaring siaran-siaran yang akan ditayangkan baik itu media cetak, media online ataupun media elektronik.
Aceh Tamiang, 09/06/2022
Sumber: Artikel Hasil pemikiran Kelompok I PKA Angkatan I Tahun 2022.
Kajian Hukum Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara.