Founder Tujuhbelasan Movement Asandra Salsabila saat berada di salah satu stan start up yakni Ecomatriks dalam acara Sunday Funday di Lapangan Rampal, Kota Malang, Minggu (21/1/2024). (Foto: Suwandi/sl)

Konkret, Tujuhbelasan Movement Fasilitasi 19 Start Up, Cetak Talenta Muda Malang Raya

Suaralira.com, Malang - Upaya konkret ditunjukkan oleh Tujuhbelasan Movement dengan memberikan fasilitas untuk mengembangkan ide kreatif para anak muda untuk mencetak talenta muda Malang Raya melalui kegiatan Sunday Funday with Sport-Up. 
 
Founder Tujuhbelasan Movement Asandra Salsabila menyampaikan, sebanyak 19 start up mengikuti kegiatan Sunday Funday with Sport-Up yang digelar Tujuhbelasan Movement di Lapangan Rampal, Kota Malang. 
 
"Ada 19 start up yang mengikuti Sunday Funday with Sport-Up. Pendaftarnya ada 50. Terus kita seleksi turun ke 20, satu start up mengundurkan diri karena sedang menyelesaikan tugas kuliah," ungkap Asandra, Minggu (21/1/2024). 
 
Asandra mengatakan, sebanyak 19 start-up yang telah tersaring tersebut telah mengikuti berbagai tahapan seleksi dari tim Tujuhbelasan Movement. Mulai dari pendaftaran sejak 16 Desember 2023 lalu, kemudian penyaringan start up, pemberian workshop atau pelatihan, hingga pemberian modal sebesar Rp 5 juta untuk masing-masing start up. 
 
"Kita kasih modal awal Rp 5 juta dan salam waktu satu bulan mereka diminta untuk develop prototype atau pun produk yang sudah bisa dijual ke customer," tuturnya. 
 
Dari sekian banyak start up yang mengikuti kegiatan Sunday Funday with Sport-Up, Asandra mengatakan terdapat salah satu start up yang menurutnya menarik. Yakni startup bernama Ecomatriks yang terpilih sebagai pemenang Start Up Competition 2023 dan berhak mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp 25 juta. 
 
"Yang paling menarik itu ada ecomatriks. Itu tempat sampah yang bisa deteksi misalkan sampah itu mau penuh dan itu juga ada penyalurannya. Dari sampah-sampah tersebut. Ini yang paling menarik menurutku," ujarnya. 
 
Terlebih lagi menurut Asandra, saat ini tiga daerah di Malang Raya telah dihadapkan dengan permasalahan sampah. Salah satunya permasalahan sampah di Kota Batu yang saat ini sedang mengalami krisis penanganan sampah. 
 
Asandra mengatakan, Ecomatriks merupakan start up yang berkembang sangat cepat sekali. Pasalnya, setelah diberikan modal awal sebesar Rp 5 juta, Ecomatriks dalam waktu singkat langsung menyajikan prototipe dan mendapatkan klien dari sebuah rumah sakit. 
 
"Dan tadi ada orang dari Belgia yang datang juga udah mau on proses sama mereka dan itu sangat cepat," kata Asandra. 
 
Pihaknya menuturkan, untuk penyaluran sampah sendiri, Ecomatriks bekerja sama dengan start up lainnya. Mulai dari pengelolaan sampah organik dapat disalurkan melalui budidaya maggot. Di mana maggot tersebut dapat dijadikan pakan atau pupuk. 
 
"Juga ada pengolahan sampah plastik juga. Jadi penyalurannya lebih digitaly advance juga karena mereka lagi menyiapkan website dan juga mobile aplikasinya," jelasnya. 
 
Sementara itu, salah satu tim dari Ecomatriks Hilda Arianti mengatakan, bahwa Ecomatriks merupakan inovasi berbasis Internet of Things (IoT) bernama e-Bin. Dengan berbasis IoT tersebut, tempat sampah kreatif itu dapat memilah sampah organik dan non-organik. 
 
"Jadi ini tempat sampah berbasis IoT. Di mana tempat sampah itu ada bagian yang khusus untuk botol plastik, kaleng atau sampah-sampah yang bisa didaur ulang, dan di satunya lagi ada residu, di mana residu itu sampah yang organik dan tidak bisa di recycle," jelas Hilda. 
 
Melalui kegiatan Start Up Expo pada program Sunday Funday with Sport-Up yang digelar Tujuhbelasan Movement ini, pihaknya mengaku Ecomatriks telah mendapatkan klien dari Rumah Sakit Bhayangkara. 
 
"Pihak Rumah Sakit Bhayangkara fix membeli di kita sejumlah tiga unit tempat sampah dengan sistem monitoring dan kemungkinan di rumah sakit akan menambah fitur melalui sensor suara," tandas Hilda. (Andik/sl)