Suaralira.com, Kota Batu - Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) yakni Nabil Lintang Pamungkas memberikan pandangannya terkait proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Batu 2024 yang diikuti oleh tiga pasangan calon kepala daerah.
Di mana ketiga pasangan calon kepala daerah yang berkontestasi di Pilkada Kota Batu 2024 diusung oleh berbagai partai politik besar di Kota Batu. Paslon nomor satu Nurochman-Heli Suyanto diusung oleh PKB, Partai Gerindra dan PSI.
Lalu, paslon nomor dua Firhando Gumelar-Rudi diusung oleh Partai Golkar, PAN, Partai Demokrat dan PKS. Selanjutnya, paslon nomor tiga Krisdayanti-Kresna Dewanata Phrosakh diusung oleh PDI Perjuangan, Partai NasDem, PPP, Partai Hanura, PKN, Partai Garuda, Partai Gelora, Partai Buruh, PBB, Partai Ummat dan Partai Perindo.
Dari proses yang berlangsung sengit dari masing-masing paslon beserta tim pemenangan dalam merebut suara rakyat Kota Batu, akhirnya pesta demokrasi lima tahun sekali ini dimenangkan oleh paslon nomor satu Nurochman-Heli Suyanto dengan capaian 65.684 suara.
Kemudian disusul oleh paslon nomor dua Firhando Gumelar-Rudi dengan perolehan 38.610 suara. Lalu berada di urutan ketiga atau posisi paling akhir paslon nomor tiga Krisdayanti-Kresna Dewanata Phrosakh dengan perolehan 26.234 suara.
Akademisi FISIP UB Nabil Lintang Pamungkas pun membeberkan beberapa faktor kemenangan paslon nomor satu Nurochman-Heli Suyanto. Di mana hal itu sudah terlihat dari hasil quick count atau hitung cepat oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Batu.
Di mana berdasarkan hasil hitung cepat Bakesbangpol Kota Batu, paslon nomor satu Nurochman-Heli Suyanto mendapatkan suara 50,3 persen; paslon nomor dua Firhando Gumelar-Rudi mendapatkan suara 29,6 persen; serta paslon nomor tiga Krisdayanti-Kresna Dewanata Phrosakh mendapatkan suara 20,1 persen.
"Menariknya, kemenangan ini diraih Nurochman-Heli Suyanto dengan anggaran dana kampanye yang lebih kecil dibandingkan paslon lainnya yakni Rp216 juta. Di mana paslon Firhando-Rudi sebesar Rp 239 juta dan Krisdayanti-Kresna yang mencapai Rp 322,5 juta," ungkapnya, Kamis (5/12/2024).
Menurut Nabil, fakta ini membuktikan bahwa keberhasilan dalam Pilkada Kota Batu 2024 tidak semata-mata bergantung pada besarnya pendanaan kampanye. Sebaliknya, kemenangan paslon Nurochman-Heli Suyanto menunjukkan pentingnya strategi politik yang memanfaatkan isu-isu strategis dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Pria yang menuntaskan program megisternya di Departemen Politik Pemerintahan FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menyebutkan, terdapat dua isu utama yang dikelola dengan baik oleh paslon nomor satu Nurochman-Heli Suyanto. Yakni terkait dengan pengelolaan sampah dan putra daerah.
"Nurochman-Heli Suyanto menawarkan solusi yang konkrit dengan rencana membentuk perusahaan daerah yang fokus pada pengelolaan sampah. Kebijakan ini tidak hanya memberikan harapan bagi masyarakat untuk mengatasi masalah sampah secara sistematis tetapi juga menunjukkan komitmen nyata terhadap perubahan," jelasnya.
Akademisi yang juga Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP UB ini menyebutkan, mengenai isu pengelolaan sampah, paslon lainnta cenderung menggunakan strategi politik yang bersifat normatif dan hanya menyampaikan himbauan-himbauan terkait kebersihan tanpa ada langkah nyata yang menjawab akar persoalan.
"Pendekatan seperti ini kurang efektif dalam membangun kepercayaan masyarakat yang membutuhkan solusi yang dapat segera diimplementasikan," katanya.
Selanjutnya, Alumnus Program Studi Ilmu Politik FISIP UB ini menyebutkan, isu putra daerah yang selalu digembor-gemborkan oleh paslon Nurochman-Heli Suyanto beserta tim pemenangannya merupakan strategi politik yang tepat diterapkan dalam Pilkada Kota Batu 2024.
"Isu putra daerah menjadi keunggulan utama Nurochman dalam Pilkada ini. Nurochman adalah sosok yang lahir, dibesarkan dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kota Batu," ujarnya.
Lalu, dengan latar belakang karir di Kota Batu, termasuk pengalaman sebagai anggota legislatif, Nurochman dan Heli Suyanto dianggap memahami kebutuhan masyarakat Kota Batu secara mendalam.
"Hal ini berbeda dengan dua paslon lainnya. Firhando-Rudi tidak memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Kota Batu karena mereka bukan putra asli daerah," tuturnya.
Lalu, paslon nomor tiga Krisdayanti-Kresna Dewanata Phrosakh juga kurang memiliki ikatan emosional dengan warga Kota Batu. Meskipun Krisdayanti lahir di Kota Batu, namun karir pekerjaan serta politiknya lebih banyak dihabiskan di luar Kota Batu. Terlebih lagi, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Krisdayanti maupun Kresna Dewanata Phrosakh merupakan anggota DPR RI.
"Sehingga kedekatan emosional dengan masyarakat tidak sekuat Nurochman dan Heli Suyanto," pungkasnya.
(M.Nur/Bram/sl)