BENGKULU (suaralira.com) - Aksi unjuk rasa masyarakat perwakilan 12 desa di Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu menolak tambang bawah tanah berujung bentrok, Sabtu (11/6/2016).
dua warga terkena tembak dan dua polisi terkena bacok.
Tidak dapat diketahui secara jelas siapa yang terlebih dahulu memulai aksi anarkitis tersebut, apakah dari pihak masyarakat atau polisi.
Korban luka tembak masyarakat dilarikan ke RS di Kabupaten Rejang Lebong, dan RS M.Yunus di Kota Bengkulu.
Adapun warga korban diantaranya, Marta (18) dan Bahrudin Hs.
Informasi terhimpun, aksi unjuk rasa yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB di lokasi tambang PT. Citra Buana Selaras (CBS), ratusan warga hendak mendatangi pimpinan perusahaan namun dihadang oleh petugas kepolisian.
Saat itu terjadi komunikasi namun berujung bentrok.
"Ini adik saya tertembak di bagian bawah perut," kata adik korban tembak Marta, Subroto.
Marta dilarikan ke RS di Rejang Lebong, Bahrudin dilarikan ke RS M. Yunus di Kota Bengkulu.
Sementara itu korban dari pihak kepolisian belum dapat diidentifikasi.
Menurut Subroto penolakan terhadap aktifitas pertambangan bawah tanah dengan membuat terowongan sudah beberapa kali ditolak masyarakat.
Adapun 12 desa yang menolak yakni Desa Penembang, Lubuk Unen 1, Lubuk Unen 2, Talang Ambung Taba Durian Sebakul, Susup, Komering, Durian Lebar, Taba Tematung, Rajak Besi, Pagar Besi dan Tabarenah.
"Kami takut, karena di atas tanah terowongan itu terdapat perkebunan dan permukiman penduduk, kami berharap izin perusahaan itu dicabut," demikian Subroto. (kompas.com/Firmansyah)