JAKARTA (suaralira.com) - Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terus menunjukkan sikap kenegarawanan. Pertemuan kedua tokoh yang pernah menjadi rival saat Pilpres 2014 lalu itu sangat menyejukkan.
Hubungan harmonis Jokowi dan Prabowo dimulai ketika Jokowi menyambangi mantan Danjen Kopassus itu ke rumahnya di Kebayoran, Jakarta Selatan, usai kemenenangannya di Pilpres 2014. Kunjungan Jokowi pun dibalas Prabowo dengan datang ke Istana Bogor.
Pada akhir bulan Oktober 2016 lalu, Jokowi kembali sowan ke Prabowo di rumahnya yang berada di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Bahkan Prabowo saat itu mengajak orang nomor satu di Indonesia tersebut berkuda bersama dan memberinya topi koboi. Meski mantan rival, keduanya berkomitmen untuk terus menjaga NKRI.
"Pernah rival tapi komunikasi baik dan saya kira itu bagus dalam budaya berbangsa. Boleh berbeda pendapat, kadang tajam, tapi di ujungnya kita punya kepentingan sama, NKRI kita ingin menjaga. Saya yakin beliau sebagai patriot ingin terbaik untuk bangsa," ungkap Prabowo saat Jokowi menyambanginya di Hambalang, Senin (31/10).
Pertemuan dimanfaatkan keduanya untuk saling sumbang saran. Prabowo kepada Jokowi juga memberi masukan soal kondisi ekonomi saat ini. Ia juga menekankan pentingnya menjaga persatuan NKRI bersama-sama.
"Jangan sampai ada unsur yang mau memecah belah bangsa, itu yang kita jaga," ucap Prabowo.
"Rivalitas itu ada pada saat Pilpres tapi setelah itu kita bahu-membahu membangun negara dari semua sisi, mungkin 2019 ada rivalitas lagi, tapi bahu membahu lagi," imbuh Jokowi.
Tak berapa lama setelahnya, Prabowo pun langsung membalas kunjungan Jokowi. Ia datang ke Istana Negara dan menyatakan terus berkomitmen untuk membantu Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan.
"Saya berkomitmen, sejak 2014 saat mengucapkan selamat. Saya tidak akan menjegal Bapak. Saya pegang komitmen saya," kata Prabowo saat bertemu Jokowi di Istana Merdeka, Kamis (17/11).
Selain itu bersama Jokowi, Prabowo berkomitmen tetap menjaga kemajemukan Indonesia. Keduanya terlihat akrab dalam kesempatan itu. Jokowi menjamu Prabowo dengan ikan bakar dan es teh untuk santap siang.
"Apabila dibutuhkan saya siap membantu pemerintah kapan pun dan di mana pun saya siap. Kita pernah rival tetapi tetap bersahabat. Perbedaan politik hal biasa, tidak boleh jadi perpecahan yang berkelanjutan," jelas dia.
Pada kesempatan itu, Prabowo juga meminta seluruh tokoh di Indonesia terlibat dalam menjaga suasana tenang. Kepada elemen masyarakat, ia mengingatkan agar tidak mudah terbawa emosi. Kepentingan bangsa menurutnya harus diutamakan.
"Setiap tokoh harus benar-benar menjaga kesejukan, ketenangan dan tutur kata. Setiap saat saya akan selalu menganjurkan agar kita tidak usah gaduh, gontok-gontokan dan jangan tegang. Selesaikan dengan musyawarah," papar Prabowo.
Sementara itu Presiden Jokowi mengatakan bahwa saling mengunjungi merupakan tradisi dirinya dengan mantan Pangkostrad tersebut. Ia berharap tradisi yang sama akan diikuti oleh semua kalangan, tak hanya oleh para tokoh negara.
"Saya berharap budaya seperti ini juga sampai ke tengah sampai ke bawah. Saya dan Pak Prabowo berkomitmen jaga Indonesia yang majemuk ini," tutur Jokowi pada kesempatan yang sama.
Jokowi dan Prabowo sepakat untuk menjaga kondisi bangsa tetap kondusif. Persatuan dan kesatuan harus dijaga.
"Kita tidak menginginkan kita terpecah belah gara-gara perbedaan politik. Itu harganya sangat mahal," tegas Jokowi.
Juru Bicara Presiden Johan Budi mengatakan, pertemuan Jokowi dan Prabowo menunjukkan bukti nyata bahwa kepentingan negara berada di atas segalanya. Dua mantan rival memiliki sikap legowo dan kebesaran hati demi negara.
"Bisa menjadi contoh bagi tokoh-tokoh politik. Ketika di pilpres kompetisi, selesai pilpres mementingkan bangsa bersama. Orang bisa beda politik tapi kepentingan persatuan harus sama komitmennya," sebut Johan Budi saat dihubungi, Kamis (17/11/2016).
Johan mengatakan Jokowi dan Prabowo sempat membicarakan soal kestabilan nasional. Terutama setelah adanya Demo 4 November dan isu akan adanya demo pada 25 November mendatang.
"Tadi seperti yang disampaikan membahas isu-isu kebangsaan, boleh beda pendapat tapi ketika bicara soal persatuan bangsa itu menjadi kepentingan bersama. Harus menyejukkan," tutupnya.