JAKARTA (suaralira.com) - Beberapa waktu lalu harga ekspor komoditas menurun karena kondisi dunia mengalami oversupply. Namun, pada 2016 ini, produksi sawit turun karena imbas adanya efek El Nino atau kemarau panjang di Indonesia pada tahun 2015 yang masih terasa hingga saat ini sehingga menyebabkan harga CPO (crude palm oil) meningkat.
Namun, turunnya harga komoditas itu ditopang oleh program mandatory biodiesel dari B20 yang merupakan program pencampuran solar dengan 20% sawit. Saat ini kebijakan mandatory (Penugasan) B20 wajib diimplementasikan untuk solar bersubsidi yang digunakan di dalam negeri.
"Hanya saja insentif pemerintah terutama melalui dari BPBD yang mengeluarkan program mandatory biodiesel telah membantu menopang harga sawit Indonesia," kata Direktur Trading Wilmar Internasional Ltd, Singapore, Darwin Indigo, Jumat (25/11/2016).
Analis agribisnis dari LMC International Ltd, James Fry, mengatakan tanpa program B20 bisa jadi harga CPO akan menurun jatuh kepada titik terendah.
"Kalau tidak ada program B20 harga sawit sudah seharusnya turun ke titik terndah," kata Fry.
Director of Godrej International Limited, Dorab E Mistry OBE mengatakan, kemungkinan harga Cpo akan turun sekitar US$ 400 FOB (free on board) atau harga di pelabuhan sebelum dikirim ke negara tujuan.
"Akan turun ke level sekitar US$ 400 FOB (Free on board). Jadi mungkin industri ini cukup berhutang budi kepada pemerintah terhadap program biodiesel mereka yang telah menopang harga sawit," kata Dorab.
Seperti diketahui, produksi sawit pada tahun 2016 hanya mencapai 30-31,9 juta ton yang artinya turun sebanyak 15%-20% dari tahun lalu. Pada tahun 2016 ini produksi sawit hanya diperkirakan sekitar 30 juta ton.
(dtc/sl)