JAKARTA (suaralira.com) - Direktur Pengembangan dan SDM PT Waskita Karya (Persero) Agus Sugiono menyebutkan, telah membanderol harga tanah yang dimiliki masyarakat untuk pembebasan lahan Tol Trans Jawa dikisaran Rp 500.000 hingga Rp 1 juta per meter persegi.
Menurut Agus, hingga saat ini progres pembebasan lahan untuk proyek Tol Pemalang-Batang yang merupakan rangkaian dari Tol Trans Jawa sudah mencapai 65 persen dan ditargetkan selesai akhir tahun ini.
"Nilai ganti rugi bermacam-macam tergantung dari lokasi dan bangunan yang ada di atas tanah, antara Rp 200.000 sampai Rp 1 juta per meter persegi," kata Agus saat meninjau proyek Tol Pemalang-Batang, Pemalang (28/11/2016), kemarin.
Agus menuturkan, proses pembebasan lahan bukan hal yang mudah dilakukan. Tak sedikit masyarakat yang menolak bahkan sampai mengajukan ke pengadilan karena tidak cocok antara nilai yang diterima dengan aset yang dimiliki.
"Ada yang sampai ke pengadilan, bahkan di sini pun yang sudah dilakukan pengerjaan ditengah-tengahnya masih ada lahan sedikit yang masih bermasalah, itu terus kami komunikasikan," terang Agus.
Untuk proses konstruksi, Direktur Utama PT Pemalang Batang Tol Road, Supriyono mengatakan, saat ini proses konstruksi baru mencapai 7 persen.
Mengapa perkembangan konstruksi masih terbilang kecil? Menurut dia, karena pihaknya masih menunggu pembebasan lahan rampung dilakukan.
"Kalau pembebasan lahan sudah selesai ya kami langsung bikin," ucap Supriyono.
Pihaknya berharap, pada saat momen lebaran 2018 mendatang, tol Pejagan-Batang sudah bisa beroperasi secara maksimal. Sementara, untuk Pejagan-Pemalang diharapkan sudah bisa digunakan pada lebaran 2017 mendatang.
Kalau pun dalam pengerjaannya masih belum sempurna, pihaknya berharap ruas-ruas tol tersebut dapat menjadi alternatif pengalihan arus mudik apabila terjadi kepadatan di jalur Pantura.
"Kami targetkan sebelum lebaran 2018 Pemalang-Batang selesai. Kalau 2017 hanya fungsional saja. Untuk orang lewat. Nanti kami kasih jembatan tambahan. Kalau pantura penuh ini bisa dioperasikan," pungkas Supriyono.