JAKARTA (suaralira.com) - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengungkapkan bahwa sudah saatnya bangsa Indonesia menggelorakan kecintaan kepada bangga dan negara salah satunya dengan mementingkan moralitas atau akhlak sebagai individu dan sebagai manusia yang bermasyarakat.
“Moralitas bangsa rujukannya adalah Pancasila sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, jika rujukannya pada UUD, maka moralitas adalah pjakan dasar bernegara. Moralitas bukan hanya bersifat individual, tapi sangat terkait dengan lingkungannya, dengan manusia lainnya, terkait dengan umat beragama lainnya dan juga bahkan terkait dengan alam,” ujarnya, saat menjadi pembicara dalam diskusi ‘Refleksi Kebangsaan’ dalam rangka Launching Lomba Penulisan Bertema Kebangsaan 2017 “Islam dan Patriotisme Kebangsaan”, di Ruang Aspirasi PKS DPR RI, Gedung Nusantara I, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (8/12/2016).
Diutarakan Hidayat dalam rilisnya, Indonesia adalah keberagaman, Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika. Dengan begitu hebatnya keberagaman Indonesia, maka akhlak bangsa, moralitas bangsa penting sekali untuk selalu disegarkan dengan berbagai cara dan bentuk yang baik
“Lomba ini adalah salah satu kegiatan untuk menyegarkan. Di lomba nanti, para penulis akan mengolah bagaimana cara menyegarkan kembali bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang berakhlakul karimah sehungga tidak terjadi sebuah kondisi yang seolah-olah moral itu hanya urusan pribadi dan berada di ranah pribadi tapi moral adalah terkait dengan dirinya juga lingkungannya dimana dia berada,” katanya.
Dakam kesempatan itu, Hidayat juga mengingatkan akan pentingnya, bermanfaatnya dan berbahayanya sosial media. Di tengah begitu banyak informasi, ditengah begitu banyak teori di era sosial media yang begitu dahsyat ini, kadang semua pribadi disibukkan dengan informasi yang serba instan dan dangkal tapi terus menerus membanjir dalam ruang hidup sehari-hari.
Membanjirnya informasi instan secara terus menerus itu, lanjut Hidayat, hampir membuat tidak ada lagi pendalaman kehidupan untuk merefleksikan tentang akhlak.
“Dalam kaitannya dengan perpolitikan Indonesia, peran parpol sangatlah penting. Perannya yang sangat penting adalah memberikan pendidikan politik, tidak hanya pendidikan politik yang biasa saja tapi harus ditingkatkan lagi pendidikan politik kepada rakyat yang mencerahkan bangsa dan beretika atau berrmoral. Hal tersebut sangat diharapkan terjadi dengan tujuan menghilangkan dikotomi antara keberagamaaan dengan kebangsaan. Parpol PKS sudah memulai itu, dan saya melihat parpol lainnya juga sudah mulai melakukan itu,” tandasnya.
Diskusi Refleksi Kebangsaan ini sendiri berlangsung selama satu hari dengan menghadirkan beberapa pembicara yang sangat kapabel seperti Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, pengamat politik dari LIPI Prof, Siti Zuhro, Pengamat politik Yudi Latief serta penulis dan pengamat politik Irfan Hidayatullah. Acara tersebut juga dihadiri Presiden PKS HM. Sohibul Iman dan Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini.
(bbg/sl)