BEKASI (suaralira.com) - Rendahnya minat baca menjadi suatu ancaman bagi generasi bangsa. Dewasa ini, membaca menjadi hal yang jarang dilakukan oleh generasi muda. Bila dilihat, menjadi hal yang memprihatinkan dan perlu ada imun bagi masyarakat untuk mengembalikan minat baca.
Sadar atau tidaknya masyarakat akan minat baca, akan berdampak kepada individu sendiri. Dengan giat baca, masyarakat tidak akan mudah terprovokasi atau termakan isu murahan, seperti di media sosial (medsos).
Maka, penanaman minat baca sejak dini sangat dibutuhkan saat era teknologi seperti saat ini. Perpustakaan yang modern dan nyaman, menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi masyarakat, untuk membaca. Memang tidak mudah membuat minat baca menjadi budaya dimasyarakat. Dan itu menjadi sebuah tantangan bagi pemerintah pusat dan daerah.
Untuk mesukseskan program itu, baik dari pemerintah pusat dan daerah. Maka Dinas Perpustakaan Daerah Kota Bekasi melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek), yang bertujuan peningkatan manajemen pengelolaan perpustakaan daerah Kota Bekasi, perpustakaan kecamatan dan perpustakaan kelurahan tahun 2017, Selasa (4/4).
Kepala Dinas Perpustakaan Daerah Kota Bekasi, Edy Rosyadi menjelaskan bahwa saat ini minat baca masyarakat terbilang rendah. Berdasarkan data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Maka itu, pihaknya menghelat Bimtek dengan tema 'Profesionalisme pengelola perpustakaan akan mewujudkan perpustakaan sebagai sumber informasi, edukasi dan rekreasi'.
"Jadi memang ada keprihantinan akan kesadaran minat baca yang rendah. Seperti masifnya berita bohong atau hoax, kalau pendidikan rendah dan minat bacanya rendah akan mudah sekali percaya dengan berita-berita yang belum tentu kebenarannya," ucap Edy.
Bicara literasi, negara Indonesia sangatlah tinggi namun malas untuk membaca. Maka itu, kata Edy, bila disandingkan dengan negara Arab Saudi, disana terbentuk citra bahwa orangnya malas. Namun, pada kenyataannya literasinya bagus, sehingga membuat negara tersebut maju dan modern.
Sedangkan menurut UU No 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan, lanjut Edy, disebutkan pada point pertama, bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional.
"Diharapkan dengan pemahaman dan ilmu yang kita berikan (Bimtek), harus berionvasi dan aktif serta mencari terobosan untuk minat baca yang tinggi ditiap kelurahan, dan kecamatan agar mau membaca dan menjadi budaya," harapnya.
Ditempat sama, Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaraan Membaca (P3KM), Santi Sukiarti menambahkan, baru dibentuknya Dinas Perpustakaan Daerah Kota Bekasi dalam perubahan Susunan Organisasi Tata Kerja (SOTK), dapat menjadi wadah bagi masyarakat di bumi patriot untuk lebih giat membaca, baik dari buku maupun gadget.
"Library sistem dan itu dari perpustakaan nasional (sistem yang diterapkan di perpustakaan daerah Kota Bekasi).Kalau literasi meningkat, kita akan dapat mem-filter berita-berita yang baik atau tidak. Literasi bisa menjadi tulang punggung pendidikan," terang perempuan berkerudung ini.
Seperti diketahui, kegiatan peningkatan manajemen pengelolaan perpustakaan daerah Kota Bekasi, perpustakaan Kecamatan & perpustakaan Kelurahan tahun 2017, berlangsung selama dua gelombang. Gelombang pertama dimulai dari tanggal 4-6 April 2017 dan gelombang kedua tanggal 11-13 April 2017. Sebanyak 78 peserta hadir, meliputi dari 56 kelurahan, 12 kecamatan dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang ada di Kota Bekasi.
(oto/sl)