Ansor Kecam Sholihin Lantaran Bergelar 'Gus' ?

BEKASI (suaralira.com) - Segudang cara dilakukan politisi yang berhasrat menjadi kepala daerah dengan mengkampanyekan diri sendiri melalui jejaring sosial atau menyebar spanduk dan baliho di titik-titik strategis. 

 

Seperti Ketua DPC PPP Kota Bekasi, Sholihin yang menggunakan kata ‘Gus Shol’ dalam iklan bakal calon Wali Kota pada baliho besar di jalan Jend. Ahmad Yani, Bekasi Selatan-Kota Bekasi, tepatnya depan Mal MM Bekasi.

 

Menanggapi hal itu, Sekretaris GP Ansor Kota Bekasi, Hasan angkat bicara. Kata dia, dari segi budaya, pada umumnya panggilan ‘Den Bagus’ atau ‘Gus' banyak terdapat di pondok pesantren di daerah Jawa. Panggilan Gus menurutnya diberikan kepada anak laki-laki seorang kiyai pengasuh pondok pesantren. Hal itu secara otomatis melekat, tidak perlu orang itu menyebut dirinya sebagai Gus di depan umum.

 

"Sangat lucu, ketika tiba-tiba seseorang mengenalkan dirinya dengan nama ‘Gus’," ujar Hasan mencibir ihwal yang dilakukan Sholihin.

 

"Panggilan Gus, juga melekat pada keilmuan dan kewibawaan seseorang dengan kultur kyai khos di Jawa. Jadi kalau di Kota Bekasi mendadak ada yang mendaklarasikan diri dengan panggilan 'Gus', itu kembali ke individunya orang tersebut. Apakah dirinya sudah pantas dengan gelar tersebut atau tidak. Jangan juga jadi pragmatis nyatut gelar itu untuk kepentingan sesaat jelang Pilkada," tambahnya.

 

Hasan menjelaskan, masyarakat Kota Bekasi sudah cerdas, sehingga ia yakin masyarakat bisa menilai layak tidaknya Sholihin yang notabene sebagai politisi mencatut sebutan ‘Gus’ dalam kepentingan politiknya.

 

"Beliau adalah salah satu wakil rakyat yang duduk di DPRD Kota Bekasi. Ini kalau dalam dunia dagang, jualan mangga asem tapi dibilangnya mangga harum manis. Lebih baik biasa-biasa saja biar nanti masyarakat yang memberikan penilaian. Sebab, penilaian pribadi yang obyektif itu orang lain yang menilai bukan berdasarkan penilaian pribadi orang itu sendiri," tutupnya.

 

(oto/sl)