BEKASI (suaralira.com) - Pemerintah Indonesia terus menguatkan komitmennya untuk memerangi sampah, terutama sampah plastik yang yang jumlahnya semakin hari kian merisaukan. Presiden Joko Widodo pada pertemuan G-20 pun sudah menegaskan, akan mengurangi sampah plastik laut (marine debris) sebesar 70 persen hingga tahun 2025.
Sampah plastik memang menjadi momok bagi kebersihan lingkungan dan kelestarian alam. Sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia acapkali teronggok di daratan, dan terbawa arus air hingga berakhir di laut. Pemakaian plastik kian hari juga kian meningkat, dan dari penggunaan plastik tersebut, dapat dibayangkan betapa melimpahnya sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia di seluruh dunia dalam setiap waktunya. Tidak mengherankan jika kini sampah plastik masih terus menjadi fokus dunia, termasuk Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi secara signifikan, yakni dengan jalan memanfaatkan sampah plastik sebagai bahan baku pembangunan infrastuktur jalan raya (Plastaroad).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, bersama dengan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono melaksanakan peninjauan lapangan langsung untuk penerapan teknologi aspal bercampur plastik, di jalan Sultan Agung, Kota Bekasi, Sabtu (16/9).
"Teknologi aspal bercampur plastik adalah suatu keniscayaan untuk mengurangi jumlah sampah plastik secara signifikan. Dengan bersinergi bersama Kementerian PUPR kita akan memanfaatkan sampah plastik menjadi salah satu bahan baku pembangunan jalan," ungkap Menko Maritim, Luhut B Panjaitan.
Sebelumnya, Kemenko Maritim melakukan peninjauan lapangan ke Bali, yang dipilih sebagai provinsi pertama diterapkannya teknologi pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan pembuat campuran jalan raya, dengan pembangunan jalan sepanjang 700 meter di lingkungan Kampus Universitas Udayana. Dan Bekasi adalah wilayah kedua, menyusul Jakarta, Surabaya dan Makassar.
Setelah ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Koordinator Gerakan Indonesia Bersih, Kemenko Maritim langsung bergerak cepat, diantaranya dengan mengadakan kerjasama dengan The Thiagarajar College of Engineering (TCE) India, delegasi Indonesia yang terdiri dari Tim Kemenko Maritim, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-Pera), Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kemen KKP) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), melakukan kunjungan studi ke India pada tanggal 7-10 Maret 2017 lalu.
Kunjungan tersebut adalah tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya di Indonesia pada tanggal 20 Februari 2017 lalu, dengan Dekan Fakultas Teknik TCE Profesor Vasudevan, sang penemu sekaligus pemilik paten teknologi Plastaroad.
Selain mudah dan murah, segi pemeliharaan juga tidak terlalu memakan biaya, teknologi Plastaroad dinilai handal dan berkualitas serta tahan lama di segala cuaca, baik hujan dengan intensitas besar maupun suhu panas tinggi, yang menjadi khas negara tropis seperti Indonesia.
Teknologi Plastaroad, ampuh menangkal momok kerusakan jalan yang lazim terjadi di Indonesia, dikarenakan teknologi tersebut dapat mencegah korosi penyebab jalan rusak karena tergenang air atau akibat suhu tinggi. Sebab, teknologi Plastaroad memiliki sifat elastis, minim rongga dan sangat kuat.
Dampaknya, stabilitas jalan menjadi dua kali lipat lebih besar, contohnya untuk jalan raya konvensional memiliki jadwal pemeliharaan rutin per 3 tahun, namun Plastaroad dapat memperpanjang jadwal pemeliharaan hingga 6 tahun tergantung intensitas kendaraan yang menggunakannya, bahkan yang tidak terlalu sibuk intensitasnya bisa bertahan 15 tahun tanpa pemeliharaan.
(oto/sl)