OSO Puji Sikap Toleransi Umat Hindu di Bali

DENPASAR (suaralira.com) - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta memberikan pujian atas toleransi yang dimiliki umat Hindu di Bali. Warga umat Hindu di Bali tetap menghormati umat muslim yang menjalankan ibadah sholat gerhana di seluruh wilayah provinsi Bali.

 

“Saya berharap semoga toleransi antar umat beragama yang indah itu juga terjadi di seluruh wilayah ibu pertiwi, “ ujar Oesman Sapta saat memberikan sambutan pada acara pentas seni budaya dalam rangka sosialisasi empat pilar dan peringatan hari raya Nyepi Tahun Baru Caka 1938 di desa Kamasan, kabuapten Klungkung, Bali, Kamis (17/03/2016) malam.

 

Oesman Sapta berpendapat warga umat Hindu Bali telah menujukkan keindahan toleransi dalam suasana nyepi  dengan merpersilahkan umat muslim Bali menjalankan ibadah sholat gerhana.

 

“Kita cukup prihatin di wilayah lain toleransi antar umat beragama maupun di antara umat satu agama masih terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Toleransi di Bali ini sangat baik dan harus menjadi teladan, “ katanya.

 

Pentas seni budaya dihadiri oleh anggota DPD RI dari provinsi Bali I Kadek Arimbawa, Wakil Bupati Klungkung I Made Kasta, Sekjen MPR Ma’ruf Cahyono dan 2000-an warga Klungkung.

 

Dalam sambutannya, OSO menyambut positif sikap gotong royong sebagai intisari dari Pancasila telah dipraktekkan oleh masyarakat Klungkung dalam penyelenggaraan pentas seni dan budaya Bali sebagai bentuk implementasi masyarakat Bali terhadap pasal 32 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. “Kebudayaan nasional akan dapat maju jika kita semua memelihara nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat. Dengan budaya, mari kita harumkan nama Indonesia di mata dunia  , “ katanya.

 

OSO menambahkan dirinya merasa bangga bisa hadir di Klungklung, kabupaten yang tercatat dalam tinta sejarah bagaimana kegigihan masyarakat Bali dalam mengusir penjajah. Beberapa kali perang puputan yang terjadi di Bali menunjukkan nasionalisme dan patriotism masyarakat Bali. Menurut OSO, puputan yang berarti perang hingga titik darah penghabisan dan dilakukan oleh semua lapisan masyarakat adalah potret dan jatidiri dari masyarakat Bali.

 

“Hal itu telah menjadi catatan emas dari seluruh rakyat Indonesia masyarakat di Pulau Dewata ini adalah masyarakat yang kompak, gigih dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, “ katanya. (bs/sl)