Ilustrasi karet.

Harga Anjlok, RI, Thailand, dan Malaysia Kurangi Ekspor Karet

suaralira.com -- Pemerintah Indonesia, Thailand, dan Malaysia sepakat untuk mengurangi ekspor karet sebesar 240 ribu ton lantaran harga karet di pasar internasional anjlok. 
 
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan menuturkan kesepakatan ini adalah tindak lanjut dari hasil pertemuan tiga negara produsen utama karet yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) pada 4-5 Maret 2019 di Bangkok, Thailand. Dalam pertemuan itu, tiga negara sepakat untuk membatasi ekspor karet melalui skema Agreed Export Tonnage Scheme (AETS). 
 
Selanjutnya, pemerintah Indonesia menuangkan skema pembatasan ekspor dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) No. 779 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan AETS ke-6 untuk Komoditi Karet Alam. 
 
"Tiga negara sepakat membatasi ekspor karet, menyikapi perkembangan harga karet yang berlangsung sejak 2018. Diharapkan kerja sama tiga negara dapat memperbaiki harga karet," kata Kasan di kantornya, Senin (1/4).
 
Kasan melanjutkan jumlah pengurangan ekspor karet masing-masing negara bergantung kepada besarnya produksi. Rinciannya, Indonesia sebesar 98.160 ton setara 40,9 persen dari total pengurangan dan Malaysia sebesar 15.600 ton setara 6,5 persen. Sedangkan Thailand sebagai produsen terbesar berkomitmen untuk mengurangi ekspornya hingga 126.240 ton setara 56,2 persen dari total pengurangan ekspor. 
 
Upaya pengurangan ekspor ini terhitung selama empat bulan. Indonesia bersama-sama Malaysia menjalankan komitmen tersebut per hari ini, Senin (1/4) hingga Rabu (31/7). Sedangkan Thailand baru mengurangi ekspor karetnya usai pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) pada Mei 2019. Namun demikian, ia menyatakan perbedaan waktu pelaksanaan ini tidak akan mengurangi efektivitas program. 
 
"Perbedaan pelaksanaan tidak mempengaruhi efektivitasnya, karena tiga negara di posisi yang sama. Ketika Indonesia dan Malaysia mulai Thailand belum, lalu ketika kita berhenti mereka mulai," tuturnya. 
 
Kasan mengatakan pengurangan ekspor karet akan diimbangi dengan peningkatan penyerapan karet dalam negeri untuk campuran aspal jalan dan bahan baku ban vulkanisir. 
 
Lewat komitmen itu, pemerintah berharap harga karet di pasar internasional terkerek naik. Pada November 2018 harga karet menyentuh US$1,2 per kilogram (Kg) atau cukup rendah. Namun setelah adanya pertemuan ITRC harganya naik hingga US$1,4 per Kg.
 
"Kami harap harga bisa membaik bahkan di atas harga tadi, atau mencapai US$2 per Kg itu sangat kami targetkan. Karena dalam beberapa tahun terakhir harga di bursa akan ditransmisikan kepada harga di tingkat petani," katanya. 
 
Untuk diketahui, tahun 2017 nilai ekspor karet Indonesia sebesar US$5,59 miliar dengan volume ekspor sebesar 3,28 juta ton. Akan tetapi, pada 2018 nilai ekspor turun menjadi US$4,17 miliar dengan volume ekspor 2,95 juta ton. 
 
Pada Januari 2019, nilai ekspor karet alam tercatat sebesar US$273 juta dengan volume ekspor mencapai 210,37 ribu ton. (ulf/lav)
 
sumber : cnnindonesia