Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution saat membuka acara Rekonsiliasi Stunting dan Rakorda Program Bangga Kencana tingkat Provinsi Riau Tahun 2022 di Hotel Grand Central Pekanbaru, Rabu (30/3/2022) (dok. mcr/ sl)

Wagub Edy Natar : Stunting Harus Ditangani Secara Serius

SuaraLira.com, PEKANBARU (RIAU) - Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting Provinsi Riau sebesar 22,3 persen, angka ini berada dibawah capaian nasional yakni 24,4 persen. 
 
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution saat membuka acara Rekonsiliasi Stunting dan Rakorda Program Bangga Kencana tingkat Provinsi Riau Tahun 2022 di Hotel Grand Central Pekanbaru, Rabu (30/3/2022). 
 
Presiden Joko Widodo, kata Wagubri, menargetkan angka stunting harus turun menjadi 14 persen ditahun 2024. Maka, Stunting atau gagal tumbuh pada anak masih menjadi permasalah bagi pembangunan manusia Indonesia, dengan begitu masalah stunting harus ditangani dengan serius.
 
"Untuk itu isu stunting masuk dalam isu strategis nasional dan daerah. Sehingga Pemerintah provinsi Riau menjadikan penurunan prevalensi stunting sebagai indikator kinerja kepala daerah dalam RPJMD Provinsi Riau tahun 2019-2024.
Stunting harus ditangani dengan serius, karena stunting bukan hanya tentang masalah gagal tumbuh secara fisik, lebih dari itu, stunting dapat mematikan masa depan seorang anak," ujar Edy Nasution. 
 
Lebih lanjut Wagubri menyampaikan, saat ini pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, dan Peraturan Kepala BKKBN RI Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI).
 
Menindak lanjuti hal tersebut, telah diterbitkan Keputusan Gubernur Riau Nomor Kpts.233/III/2022 tentang Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Riau.
 
"Dengan dibentuknya tim ini diharapkan penanganan program percepatan penurunan stunting akan lebih optimal dengan mengedepankan sinergi, kolaborasi, dan konvergensi melalui kemitraan," ujar Edy Nasution.
 
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting perlu dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan dari anak balita. 
 
Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting adalah praktek pengasuhan yang kurang baik termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan serta setelah melahirkan.
 
Wagubri berharap kepada seluruh pemangku kepentingan saling bersinergi dalam pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan untuk percepatan penurunan stunting.  (adv/ ade/ sl)