Rasio Kredit Bermasalah Naik 3 Persen, Ini Penyebabnya

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengungkapkan, naiknya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) hingga menyentuh level 3 persen pada semester I/ 2016. Salah satunya akibat kredit bermasalah Trikomsel sebesar Rp1,3 triliun, sehingga, harus ada restrukturisasi.
 
"Semester kemarin NPL 3 persen. Namun demikian ada satu debitur besar yang kalian tahu Trikomsel tidak bisa dipertahankan harus di-downgrade Rp1,3 triliun," ujar Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni seperti dilansir sindonews.
 
Dia menjelaskan, NPL 3 persen pertengahan tahun ini lebih tinggi dari akhir tahun lalu 2,7 persen. Kendati demikian, NPL industri perbankan berdasarkan perkiraan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berada di level 3,1 persen.
 
"NPL, OJK perkirakan 3,1 persen secara industri ke depan bagaimana? Kalau data di kami 3 persen ini data NPL tertinggi. Kita perkirakan NPL ini makin menurun," kata dia.
 
Mengatasi hal itu lanjut Baiquni, BNI sudah mulai melakukan penelitian mendalam terkait sektor industri yang berpotensi meningkatkan NPL. Perusahaan menerapkan dua strategi yakni kebijakan konservatif dan proaktif.
 
"BNI sendiri sudah mulai tahun lalu pada semester I/ 2015 sudah langsung teliti mendalam kredit yang ada dan langsung menerapkan strategi kebijakan konservatif dan proaktif," tuturnya.
 
Dia menambahkan jika industri tersebut dilihat dapat menjadi sumber kenaikan NPL, maka akan dilakukan structuring kredit. Selain itu, meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
 
"Kebijakan konservatif, kita lihat kredit yang akan buruk kualitasnya secepat mungkin kita lakukan structuring. Kebijakan proaktifnya, kita bentuk cadangan untuk persiapkan NPL dari coverage ratio 130 persen jadi 138 persen hingga akhir tahun, sekarang naik lagi 140 persen dan akhir tahun ini 142 persen," pungkasnya.