Titik Panas di Sumatera Jadi 159 Titik

PEKANBARU, SURALIRA.com -  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan, satelit mendeteksi 159 titik panas dengan tingkat kepercayaan potensi kebakaran lahan dan hutan (karlahut) lebih dari 50 persen di daratan Sumatera.

"Titik panas pagi ini, mengalami lonjak drastis. Dari total 92 titik kemarin (Ahad, 14/8), jadi 159 titik pagi ini dengan 92 diantaranya berada di Provinsi Riau," terang Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi di Pekanbaru, Senin.

Dirinya mengatakan hal tersebut, setelah pihaknya melihat jumlah jumlah titik panas di Sumatera berdasarkan data yang rilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dari pantauan sensor modis baik pada satelit Terra maupun Aqua.

Selain di Riau, ia merinci, titik panas itu juga tersebar di daratan tujuh provinsi seperti Bangka Belitung terpantau 33 titik, disusul Sumatera Selatan 20 titik dan Sumatera Utara enam titik.

"Ada Jambi empat titik, Bengkulu dua titik serta Lampung dan Kepulauan Riau terdeteksi sama-sama berbagi sumbangan satu titik panas," ucapnya.

Untuk di Provinsi Riau, jelas Slamet, titik panas mengalami peningkatan sebanyak 26 titik dari sehari sebelumnya terpantau 66 titik, menjadi 92 titik dengan wilayah sebaran sembilan kabupaten/kota.

Sembilan kabupaten/kota tersebut berada di wilayah pesisir Riau, terutama di daerah yang memiliki lahan bergambut kering seperti di Rokan Hilir merupakan pusat konsentrasi dengan 54 titik.

Lalu Dumai terdeteksi 15 titik panas, Bengkalis delapan titik, Rokan Hulu terpantau lima titik, Siak, Indragiri Hulu dan Kepulauan Meranti sama-sama memberi sumbangan tiga titik serta Kampar satu titik

Dari total titik panas di Riau, lanjutnya, 64 titik diantaranya merupakan titik api. Sebab, memiliki tingkat kepercayaan di atas 70 persen dan sebagai pertanda bahwa potensi karlahut sangat besar kemungkinan terjadi pada delapan daerah

"Seperti Rokan Hilir 39 titik, Dumai 10 titik, Bengkalis lima titik, Rokan Hulu dan Indragiri Hulu masing-masing tiga titik, Meranti dua titik, Siak dan Kampar sama-sama memberi sumbangan satu titik," bebernya.

Satgas Udara Karhutla Provinsi Riau pekan lalu melaporkan, dua unit helikopter jenis MI-8 dan MI-171 yang selama ini digunakan dalam operasi pengeboman air sebagai upaya penanggulangan kebakaran di daerah tersebut, kini tidak beroperasi lagi.

"Dua heli itu, sedang dalam perawatan untuk 100 jam terbang dan perbaikan rutin," kata Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Kolonel Pnb Yani Amirullah.

Ia menjelaskan, perawatan rutin setiap 100 jam terbang dilakukan untuk helikopter jenis MI-8, sedangkan jenis MI-171 dilakukan perbaikan dengan mendatangkan teknisi dari Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Selain itu, ucapnya, satu unit pesawat "Air Tractor" (AT) belum dimanfaatkan untuk melakukan pengeboman air karena dalam rangka perpanjangan izin terbang.

Otomatis satgas udara saat ini, cuma menyiagakan dua unit helikopter jenis MI-8 dan MI-171 serta dua unit AT dengan seluruhnya dimanfaatkan untuk pengeboman air.

Seluruh helikopter dan pesawat bermarkas di Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru.

"Kita maksimalkan dengan pesawat yang ada untuk patroli dan pengeboman air dengan pesawat Air Tractor," jelasnya.