Kisah tragis penemuan mayat calon mahasiswi UMM Nadya Bella

MALANG (suaralira.com) - Wahyudi (38) seorang pencari rumput nyaris terjatuh. Dia lalu membetulkan rumput yang diboncengnya. Namun hidungnya mulai menangkap bau aneh. Bau itu jelas sekali menusuk penciumannya. Bau busuk. Dia lalu mencari sumber bau menyengat yang mengganggunya itu.

Rupanya bau busuk tersebut bersumber dari sesosok mayat. Tepatnya mayat perempuan yang sudah dalam kondisi bengkak dan membusuk. Mayat itu tergeletak di persawahan Dusun Klandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

"Penemuan itu langsung dilaporkan ke perangkat desa, yang dilanjutkan ke Polsek Dau," kata Agus Mahardika, tenaga rescue yang ikut mengevakuasi jenazah di Kamar Mayat Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Kamis (1/9).

Saat ditemukan, mayat tersebut mengenakan celana jeans warna biru, kaos merah muda dan sepatu biru. Tidak jauh dari korban juga ditemukan helm warna cokelat yang terlihat masih baru.

Petugas evakuasi juga menemukan alat kecantikan berupa lipstik, bedak dan kaca rias. Korban mengenakan jaket warna hitam. Jenazah dilaporkan sekitar pukul 12.30 WIB dan dibawa ke Kamar Mayat RSSA sekitar pukul 16.00 WIB.

"Tanda-tanda kekerasan tidak terlihat, karena jasad membengkak. Ada bekas cekikan tapi masih perlu dipastikan oleh tim forensik," kata Kasatreskrim Polres Malang, AKP Adam Purbantoro di RSSA Malang.

Jenazah diperkirakan berusia antara 19 sampai 21 tahun, dengan panjang rambut sebahu. Lokasi ditemukan berada agak jauh dari perkampungan. Sehingga kemungkinan pelaku sudah mengenal lokasi dan menganggap aman untuk menutupi perbuatannya.

Polisi langsung bergerak cepat. Mereka lalu menghubungi keluarga Bonadi. Bonadi beberapa hari sebelumnya melaporkan bahwa putri mereka yang bernama Nadya Bella Anggraeni (19) hilang sejak Sabtu.

Firasat Bonadi (35) sepertinya tidak dapat disembunyikan, ketika diminta datang ke kamar mayat Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Sudah lima hari dirinya dan keluarga sedang mencari Nadya Bella.

Sambil dipandu melalui handphone oleh seseorang yang tengah dimintai keterangan polisi, Bonadi mengendarai sepeda motornya menuju kamar mayat. Bonadi sepertinya belum pernah ke kamar jenazah RSSA Malang sehingga sempat kebablasan.

Begitu tiba di depan pintu, Bonadi langsung roboh dari sepeda motornya yang masih menyala. Pria warga Jalan Candi Bukir Sari Kota Malang itu berteriak histeris, memastikan kalau jenazah yang ditemukan polisi adalah putrinya.

"Iku anakku tah, anakku ya Allah," kata Bonadi langsung roboh, Kamis (1/9).

Anggota polisi yang menunggu kedatangannya dengan dibantu tim rescue membopongnya ke sebuah kursi panjang. Begitu sadar, lagi-lagi Bonadi berteriak histeris dan kembali pingsan.

"Bapak harus tenang, harus kuat, nanti kalau tidak tenang apa bisa mengenali anaknya," kata Sri, salah seorang tenaga rescue yang mencoba menenangkannya.

Tetapi Bonadi kembali pingsan sebelum beranjak dari tempat duduknya. Petugas pun berkali-kali memberi pemahaman bahwa jenazah tersebut belum tentu anaknya.

"Anak saya pakai kaos pink. Gak bawa (tas), pakai celana jeans, sepatunya saya lupa," katanya kepada seorang polisi.

Polisi akhirnya berinisiatif untuk menunjukkan barang-barang yang dikenakan oleh korban. Sejumlah barang yang terbungkus plastik diambil dari mobil tim identifikasi.

"Iki helme anakku, isih anyar. Anakku iki, iki anakku. Iki sepatune anakku," katanya tak lagi bisa menyimpan kesedihan. Tangis pun pecah yang membuat halaman rumah sakit gaduh.

Nadya Bella Anggraeni menghilang sejak Sabtu (27/8) lalu. Saat itu Nadya pamitnya akan menghadiri acara Karang Taruna bersama seorang teman prianya. Bella tercatat sebagai mahasiswa D-3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Kasatreskrim Polres Malang, AKP Adam Purbantoro dengan wajah optimis meninggalkan lokasi bersama timnya. Pihaknya berdasar keterangan saksi sudah mengantongi nama seseorang yang terakhir bersama korban.

"Ciri sudah diketahui. Semoga segera terungkap," katanya.