ACEH BESAR, SUARALIRA.com - Badan Narkotika Nasional (BNN) kembali menemukan ladang ganja di kawasan Lamteuba, Aceh Besar. Namun kali ini jenis tanaman ganja tersebut diperkirakan kualitas unggulan, hibrida.
Kasubdit Narkotika Alami BNN Kombes Pol Anggoro Sukartono menjelaskan kualitas tanaman ganja yang ditemukan ini adalah jenis hibrida.
"Saya yakin 90% ini jenis hibrida, 10%-nya harus kita uji lab," ujar Anggoro di lokasi, Kamis (03/11/2016).
Jenis ganja hibrida ini sebenarnya masih jarang ditemukan di Tanah Air. Kombes Anggoro pun bingung bagaimana ganja tersebut bisa ada di Aceh. "Ini tidak biasa," terangnya.
Menimbulkan pertanyaan di benaknya dari mana bibit tanaman ini berasal. Apakah didatangkan dari luar atau memang petaninya yang sudah mampu membudidayakan.
Meski belum melalui tahapan uji lab, Anggoro memiliki keyakinan. Dia beralasan temuannya kali ini ganja jenis hibrida bukan tanpa alasan kuat. Tanaman tersebut pasalnya sudah dipanen lebih awal.
Kualitas ganja hibrida ini ketika tingginya mencapai 1,5 meter sudah dipanen. Jenis biasanya baru dipanen adalah ketika tinggi 3-4 meter. Usianya diperkirakan 1,5 - 2 bulan sudah siap panen. Sementara jenis lain, perlu waktu 3 bulan sebelum siap panen.
"Kalau ini walau baru 50-60 sentimeter juga sudah bisa dipanen," terangnya di lokasi.
Dia pun melihat jenis ganja yang ditemukannya adalah jenis ganja unggulan. Temuan tanaman ganja oleh BNN di Lamteuba kali ini terbilang unik. Diduga sengaja di tanam melihat pagar dan jarak tanam yang terbilang rapi. Situasi ini meyakinkan BNN, bahwa tanaman ini ada yang mengelola secara profesional.
Serta kemungkinan ditanam untuk mencari keuntungan ekonomis. Karena dalam hitungan 2 - 3 bulan tanaman sudah mencapai tinggi 1,5 meter. "Sudah bisa dipanen. Diduga sudah satu kali panen," ujar Anggoro.
Dari pengamatan di lokasi, luas lahan diperkirakan mencapai 2-4 hektar. Tanaman ini hampir semua jenisnya sama, satu varian. Selain dikelilingi pagar, sekitar tanaman ini bersih dari rumput ilalang.
Daun ganja lebih ramping, bunganya cenderung berwarna putih atau mempunyai white widow. Permukaan daun terasa kesat, dan memiliki getah yang kuat.
Ganja jenis ini diyakini kualitas nomor satu di dunia. Harganya terbilang mahal, satu ons bisa capai Rp 1 juta. Selain itu jenis hibrida memiliki keunggulan dapat tumbuh lebih cepat.
Kandungan kadar THC (Tetra Hydro Cannabinol) tinggi membuat ganja jenis ini banyak di cari di pasar internasional. Namun, patut diduga, tanaman jenis ini ditanam karena gencarnya perang BNN terhadap tanaman ganja.
"Jenis ini sangat cocok di masa kucing-kucingan seperti ini," ujarnya. Penanaman tanaman ganja di Lamteube, Aceh saat ini tengah jadi sorotan BNN. Masyarakat harus menyadari menanam ganja itu dilarang.
Kabag Humas BNN, Kombes Slamet Pribadi menjelaskan kawasan Lamteuba, Aceh Besar memang kawasan yang sangat subur. Tapi yang dia sayangkan masyarakat lebih senang bercocok tanam ganja daripada varietas tanaman lainnya.
Pihaknya pun menegaskan tidak akan lelah untuk menyapu daerah ini dari tanaman ganja. "Sudah kesekian kalinya Lamteuba ini diberantas dari tanaman ganja. Ini adalah simbol bahwa negara hadir di tempat ini," terangnya.
Dia berharap masyarakat sadar dan mau mengganti jenis tanamannya. Tidak lagi menanam jenis Cannabis, namun menanam jenis yang diizinkan negara.
Dia berharap, pemerintah setempat dan stake holder lain juga mau menjaga kawasan Lamteuba ini dari tanaman ganja. Masyarakat seharusnya turut menjaga daerahnya agar tidak lagi ditanami ganja. (dtc/sl)