PALEMBANG, SUARALIRA.com - Memasuki awal November 2016, jutaan ekor burung laut dari Siberia dan Australia akan migrasi ke Taman Nasional Sembilang (TNS) Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Burung itu migrasi menyusul masuknya musim dingin.
Kepala Balai Taman Nasional Sembilang, Syahimin mengatakan, ribuan burung migran sudah mendarat di pinggiran pantai TNS. "Ini baru kloter pertama, puncaknya pada akhir November sampai awal Desember nanti," katanya, Rabu (3/10/2016).
Fenomena tahunan ini terjadi karena cuaca di tempat asal burung tersebut memasuki musim dingin. Mereka singgah sementara di TNS Banyuasin untuk mencari ikan.
"Memasuki musim panas di daerah Siberia, ribuan burung itu akan kembali lagi ke daerahnya. Siklus ini terus terjadi setiap tahun," jelasnya.
Menurutnya, di Indonesia ada sekitar 1.600 jenis burung. Dan yang termasuk dalam burung migrasi ada ratusan jenis termasuk yang singgah di TNS.
Ada 112 jenis spesies burung ditemukan di TN Sembilang. Di mana, 44 spesies menggunakan mangrove sebagai habitat utama para burung hidup. Sejumlah 22 spesies lain terikat dengan kawasan tersebut.
“Habitat mereka harus di-protect, jangan diganggu dan diburu serta jangan diubah fungsinya,” tegasnya.
Dia menambahkan, 202 ribu hektare lebih TN Sembilang terdiri dari hamparan vegetasi hutan mangrove, rawa belakang, hutan rawa air tawar, dan hutan rawa gambut.
”Di sana, ada 87 ribu hektare hutan mangrove yang masih utuh, terluas di Indonesia bagian Barat. Keseluruhan, ada 17 spesies mangrove atau sekitar 43 persen dari seluruh spesies mangrove di Indonesia ada di kawasan ini dan menjadi persinggahan burung migran untuk mencari makan,” katanya.
Sementara Plt Bupati Banyuasin SA Supriyono mengatakan, Taman Nasional Sembilang merupakan salah satu kawasan penyangga ekosistem dunia. "Ini bisa menjadi kawasatan wisata yang eksotis," jelasnya.
Rombongan burung migran asal Siberia dapat disaksikan di Sembilang yang mencapai puncaknya pada November. Hal ini merupakan atraksi burung migran yang menarik untuk diamati, karena dapat mendengar secara langsung suara gemuruh burung-burung tersebut yang terbang bersamaan harmoni dengan debur ombak Selat Bangka.
Namun, dia mengakui akses transportasi menuju ke tempat wisata alam liar itu belum memadai. Tidak ada transportasi darat ataupun sarana umum untuk menuju ke sana, wisatawan harus mencarter speed boat.
"Ke depannya akan kita garap, termasuk fasilitas pendukung lainnya," ujar bupati.
Untuk saat ini wisatawan bisa mencarter speedboat dari bawah jembatan Ampera atau dermaga gasing, menempuh jarak sekira dua jam menyusuri Sungai Rawa.
Di sana akan disambut oleh barisan buaya rawa yang berjemur, atraksi lumba-lumba air tawar, formasi kunang-kunang, ribuan burung migran dan pesona alam liar lainnya. (okz/sl)