JAKARTA, SUARALIRA.com - Utang pemerintah tercatat mencapai Rp 3.444,82 triliun hingga akhir September 2016. Nominal utang yang semakin besar dan terus bertambah dikhawatirkan tidak mampu dilunasi pemerintah. Benarkah demikian?
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengakui nominal utang berjumlah ribuan triliun memang sangat besar. Akan tetapi bila ditelusuri lebih jauh, sebenarnya utang pemerintah hanya secuil dibandingkan banyak negara lain.
Cara pandang utang yang benar dilihat dari rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), bukan dari nominal. Ini yang akhirnya dapat menjelaskan kekhawatiran terhadap utang sekarang, terlalu berlebihan.
"Secara nominal barangkali kita akan khawatir, angka Rp 3.400 triliun itu kan kayaknya gede banget ya," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Nahdhatul Ulama (NU) di Kantor Pusat PBNU, Jakarta, Sabtu (19/11/2016).
Dengan asumsi PDB Rp 12.600 triliun, maka rasio utang Indonesia terhadap PDB adalah 27%. Masih kecil dibandingkan negara Jepang dengan rasio utang terhadap PDB mencapai 200% atau AS yang sebesar 70%.
"Kalau dengan ukuran ekonomi sekarang, maka rasio utang 27% terhadap PDB," ujarnya.
Indonesia mampu melunasi utang bila ekonomi terus tumbuh. Dengan PDB Rp 12.600 triliun dan pertumbuhan ekonomi sekitar 5-6 persen setiap tahunnya, maka pada satu titik, defisit anggaran akan terus mengecil bahkan surplus. Level tersebut yang akhirnya utang bisa dilunasi.
"Bila rakyat semakin makmur, maka cadangan size ekonomi kita semakin besar untuk kemudian mampu melunasi utang," kata Sri Mulyani.
Pada 10 tahun yang lalu, saat Sri Mulyani baru menjabat sebagai Menteri Keuangan, utang baru sebesar Rp 1.200 triliun, tapi PDB Indonesia waktu itu hanya Rp 2.200 triliun. Rasio utang terhadap PDB mencapai 56%, yang artinya lebih dari setengah ekonomi Indonesia adalah utang.
Namun kemudian dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, rasio utang semakin turun. Walaupun nominal utangnya juga bertambah.
"Kita terus meningkatkan ekonomi agar punya kemampuan lebih besar," tandasnya. (dtc/sl)